ترجمة سورة الأعراف

الترجمة الإندونيسية للمختصر في تفسير القرآن الكريم
ترجمة معاني سورة الأعراف باللغة الإندونيسية من كتاب الترجمة الإندونيسية للمختصر في تفسير القرآن الكريم .
من تأليف: مركز تفسير للدراسات القرآنية .

1. Alif Lām Mīm Ṣād. Pemabahasan tentang huruf-huruf semacam ini telah disebutkan di awal surah Al-Baqarah.
2. Al-Qur`ān al-Karīm adalah kitab suci yang Allah turunkan kepadamu, wahai Rasul, maka janganlah ada kesempitan dan keraguan di dalam dadamu terhadap kitab suci ini. Allah menurunkannya kepadamu agar kamu gunakan untuk memperingatkan manusia, menegakkan hujah, dan memberikan pelajaran kepada orang-orang mukmin. Karena hanya orang-orang mukminlah yang bisa mendapatkan manfaat dari pelajaran yang diberikan.
3. Ikutilah -wahai manusia- kitab suci yang Rabbmu turunkan kepada kalian dan sunah nabi kalian. Dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu orang-orang yang kalian lihat menjadi teman-teman setan atau pendeta-pendeta yang jahat. Janganlah kalian berteman dekat dengan mereka seraya meninggalkan kitab suci yang diturunkan kepada kalian demi mengikuti kemauan hawa nafsu mereka. Sesungguhnya kalian jarang sekali mengambil pelajaran. Sebab, sekiranya kalian mau mengambil pelajaran tentu kalian akan lebih memilih kebenaran daripada yang lain. Dan tentu kalian pun akan mengikuti dan mengamalkan agama yang dibawa oleh rasul kalian dan meninggalkan agama lainnya.
4. Betapa banyak negeri yang Kami binasakan dengan azab Kami tatkala mereka bersikeras mempertahankan kekafiran dan kesesatannya. Maka azab Kami yang sangat keras turun ke negeri itu di saat penduduknya lengah di waktu malam atau siang. Sehingga mereka tidak mampu melindungi diri mereka dari azab tersebut. Bahkan tuhan-tuhan yang mereka sembah pun tidak mampu melindungi mereka.
5. Maka sesudah turunnya azab itu mereka tidak punya pilihan lain selain mengakui kesalahan mereka karena telah ingkar kepada Allah.
6. Sungguh, kelak pada hari Kiamat Kami benar-benar akan bertanya kepada umat-umat yang menerima kedatangan rasul-rasul Kami tentang tanggapan yang mereka berikan kepada para rasul itu. Dan sungguh Kami benar-benar akan bertanya kepada para rasul itu tentang tugas mereka untuk menyampaikan apa yang Kami perintahkan untuk mereka sampaikan dan tentang tanggapan yang diberikan oleh umat-umat mereka.
7. Sungguh Kami benar-benar akan menceritakan kepada seluruh makhluk tentang apa yang mereka perbuat di dunia berdasarkan pengetahuan Kami. Karena Kami benar-benar mengetahui seluruh perbuatan mereka. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan Kami dan Kami tidak pernah jauh dari mereka sepanjang waktu.
8. Dan timbangan amal di hari Kiamat akan dilakukan secara adil, tidak ada kecurangan maupun kezaliman. Barangsiapa yang timbangan amal baiknya lebih berat dari amal buruknya mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan dan selamat dari apa yang mereka takutkan.
9. Dan barangsiapa yang timbangan amal buruknya lebih berat dari timbangan amal baiknya, maka mereka telah merugikan dirinya sendiri. Mereka telah menjerumuskan diri mereka sendiri ke dalam jurang kehancuran di hari Kiamat karena mereka telah ingkar kepada ayat-ayat Allah.
10. Dan sungguh Kami telah menempatkan kalian -wahai anak-anak Adam- di bumi dan menyediakan banyak sarana untuk menunjang kehidupan kalian di sana. Maka kewajiban kalian ialah bersyukur kepada Allah atas karunia tersebut. Tetapi syukur kalian hanya sedikit.
11. Sungguh -wahai manusia- Kami telah menciptakan bapak kalian, Adam, dan membentuknya dalam wujud terbaik. Kemudian Kami perintahkan malaikat agar bersujud untuk memuliakannya. Maka para malaikat pun melaksanakan perintah itu dan bersujud. Kecuali Iblis, ia enggan bersujud karena sombong dan angkuh.
12. Allah -Ta'ālā- mencela sikap Iblis dengan firman-Nya, “Apa yang membuatmu enggan melaksanakan perintah-Ku bersujud kepada Adam?” Iblis menjawab firman Rabbnya dengan mengatakan, “Aku enggan bersujud kepadanya karena aku lebih baik darinya. Engkau menciptakan aku dari api dan menciptakannya (Adam) dari tanah. Dan api lebih mulia dari tanah."
13. Allah berfirman kepada Iblis, “Turunlah kamu dari Surga! Karena kamu tidak berhak bersikap sombong di dalam Surga. Surga adalah tempat tinggal bagi orang-orang yang baik dan bersih. Maka kamu tidak boleh tinggal di Surga. Sesungguhnya kamu -wahai Iblis- termasuk golongan orang-orang yang rendah dan hina, meskipun kamu merasa bahwa dirimu lebih mulia dari Adam.”
14. Iblis menjawab, “Wahai Rabbku! Berilah aku kesempatan hidup sampai hari Kiamat agar aku bisa menyesatkan manusia yang bisa kusesatkan.”
15. Allah berfirman kepadanya, “Hai Iblis! Sesungguhnya kamu termasuk yang diberi kesempatan hidup yang akan mati pada saat tiupan sangkakala yang pertama tatkala seluruh makhluk mati dan hanya sang Pencipta saja yang tersisa.”
16. Iblis berkata, “Karena Engkau telah menyesatkanku sehingga aku tidak melaksanakan perintah-Mu bersujud kepada Adam, maka aku benar-benar akan menghalang-halangi keturunan Adam dari jalan-Mu yang lurus. Aku akan memalingkan dan menyesatkan mereka dari jalan-Mu sebagaimana aku yang tersesat (berpaling) dari sujud kepada bapak mereka, Adam.
17. Kemudian aku benar-benar akan mendatangi mereka dari segala arah untuk menggoda mereka supaya enggan terhadap urusan Akhirat dan bersemangat terhadap urusan dunia, untuk melontarkan keragu-raguan di dalam hati mereka dan membuat hawa nafsu mereka tampak baik di mata mereka. Dan Engkau -wahai Rabb kami- akan mendapati sebagian besar dari mereka tidak bersyukur kepada-Mu, karena aku telah mengarahkan kekafiran kepada mereka.”
18. Allah berfirman kepada Iblis, “Keluarlah -wahai Iblis- dari Surga dalam keadaan tercela dan dijauhkan dari rahmat Allah. Dan Aku benar-benar akan memenuhi Neraka Jahanam di hari Kiamat dengan dirimu dan semua orang yang mengikuti dan mematuhimu serta membangkang perintah Rabbnya.”
19. Allah berfirman kepada Adam, “Wahai Adam! Tinggallah kamu bersama istrimu, Ḥawā` di Surga. Makanlah dari buah-buahan yang baik yang kamu sukai. Tetapi jangan memakan (buah) dari pohon ini (Allah menunjukkan pohon itu kepada keduanya). Karena jika kalian berdua memakannya kalian akan termasuk golongan orang-orang yang melanggar ketentuan Allah.”
20. Kemudian Iblis menggoda mereka berdua untuk memperlihatkan kepada mereka aurat mereka yang tertutup. Iblis berkata, “Sesungguhnya Allah melarang kalian memakan (buah) dari pohon itu, karena Dia tidak ingin kalian menjadi malaikat dan tidak ingin kalian kekal di dalam Surga.”
21. Iblis bersumpah demi Allah untuk meyakinkan mereka berdua. Dia mengatakan, “Sesungguhnya aku benar-benar tulus dalam memberikan nasihat kepada kalian berdua.”
22. Lalu Iblis berhasil menjatuhkan mereka berdua dari kedudukan mereka semula melalui tipu daya dan rekayasa. Maka tatkala keduanya memakan (buah) dari pohon yang terlarang itu aurat mereka berdua terbuka dan terlihat jelas oleh keduanya. Lalu keduanya berusaha menutupi aurat mereka masing-masing dengan dedaunan Surga. Kemudian Allah berfirman kepada keduanya, “Bukankah Aku sudah melarang kalian berdua memakan (buah) dari pohon itu? Dan bukankah Aku sudah mengingatkan kalian berdua dengan mengatakan bahwa setan adalah musuh yang nyata bagi kalian berdua?”
23. Adam dan Ḥawā` berkata, “Wahai Rabb kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dengan melakukan apa yang Engkau larang, yakni memakan (buah) dari pohon itu. Jika Engkau tidak mengampuni dosa kami dan melimpahkan kasih sayang-Mu kepada kami, niscaya kami benar-benar termasuk golongan orang-orang yang merugi, karena kami telah menyia-nyiakan nasib kami di dunia dan di Akhirat.”
24. Allah berfirman kepada Adam, Ḥawā`, dan Iblis, “Turunlah kalian dari Surga menuju bumi. Dan kalian akan menjadi musuh satu sama lain. Kalian akan memiliki tempat tinggal di bumi sampai batas waktu tertentu. Dan kalian dapat menikmati apa yang ada di sana sampai batas waktu tertentu.”
25. Allah berfirman kepada Adam, Ḥawā`, dan anak cucunya, “Di bumi ini kalian akan menjalani hidup sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh Allah bagi kalian. Dan di sanalah kalian akan mati dan dikuburkan. Kemudian kalian akan dikeluarkan dari dalam kubur kalian untuk dibangkitkan."
26. Wahai anak-anak Adam! Kami telah menyediakan pakaian utama untuk menutupi aurat kalian. Dan Kami pun menyediakan pakaian pelengkap bagi kalian untuk mempercantik penampilan kalian di depan umum. Tetapi pakaian takwa yang tidak lain adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya itu lebih baik dari pakaian fisik. Pakaian tersebut adalah bagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, agar kalian mengingat dan mensyukuri nikmat-nikmat yang diberikan kepada kalian.
27. Wahai anak-anak Adam, jangan sekali-kali kalian terkena tipu daya setan yang membuat kemaksiatan tampak indah di mata kalian dengan cara menanggalkan pakaian fisik yang digunakan untuk menutupi aurat atau menanggalkan pakaian takwa. Karena setan telah memperdaya bapak-ibu kalian dengan cara menggoda mereka berdua agar memakan (buah) dari pohon terlarang itu yang pada akhirnya membuat keduanya terusir dari Surga dan terbuka auratnya. Sesungguhnya setan dan keturunannya bisa melihat dan menyaksikan kalian, sedangkan kalian tidak bisa melihat dan menyaksikan mereka. Oleh karena itulah kalian harus waspada terhadap setan dan keturunannya. Sesungguhnya Kami menjadikan setan-setan itu sebagai teman setia bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Allah. Sedangkan orang-orang yang beriman senantiasa beramal saleh sehingga setan-setan itu tidak menggoda mereka.”
28. Apabila orang-orang musyrik melakukan perbuatan yang sangat keji seperti syirik, tawaf di Kakbah tanpa pakaian, dan kemungkaran lainnya, mereka beralasan bahwa leluhur mereka pun melakukannya dan mereka melakukannya atas perintah Allah. Katakanlah -wahai Muhammad- untuk membantah alasan mereka itu, “Sesungguhnya Allah tidak pernah menyuruh berbuat maksiat. Justru Dia melarang perbuatan maksiat. Jadi bagaimana mungkin kalian beranggapan bahwa Allah memerintahkan perbuatan maksiat? Apakah kalian -wahai orang-orang musyrik- mengatakan hal yang tidak kalian ketahui atas nama Allah secara dusta dan mengada-ada?”
29. Katakanlah -wahai Muhammad- kepada orang-orang musyrik itu, “Sesungguhnya Allah menyuruh berbuat adil, dan tidak pernah menyuruh berbuat keji dan mungkar. Dan Dia menyuruh kalian beribadah kepada-Nya secara umum dengan tulus dan beribadah kepada-Nya secara khusus di dalam masjid. Dia juga menyuruh kalian memanjatkan doa hanya kepada-Nya, seraya memurnikan ketaatan kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian yang sebelumnya belum ada, Dia juga akan membuat kalian hidup kembali (sesudah mati). Karena yang mampu menciptakan kalian dari awal pasti mampu mengembalikan dan membangkitkan kalian.”
30. Dan Allah telah membagi manusia menjadi dua golongan. Ada golongan yang diberi-Nya petunjuk, diberi-Nya kemudahan untuk mendapatkan petunjuk, dan dijauhkan dari hal-hal yang menjadi penghalangnya. Dan ada golongan lain yang dipastikan tersesat dari jalan yang benar. Hal itu disebabkan karena mereka menjadikan setan-setan sebagai pelindung selain Allah. Mereka tunduk kepada setan-setan lantaran kebodohan mereka dan mereka mengira bahwa mereka berada di jalan yang lurus.
31. Wahai anak-anak Adam! Kenakanlah pakaian yang menutupi aurat dan mempercantik penampilan kalian, yaitu pakaian yang bersih dan suci, ketika kalian menunaikan salat dan melaksanakan tawaf. Makanlah dan minumlah apa saja yang baik yang dihalalkan oleh Allah, tetapi jangan berlebih-lebihan dan jangan melampaui batasan yang wajar dalam hal itu. Dan jangan beralih dari yang halal menuju yang haram. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas-batas yang wajar.
32. Katakanlah -wahai Rasul- untuk membantah ucapan orang-orang kafir yang mengharamkan apa-apa yang Allah halalkan, baik dalam urusan pakaian, makanan, maupun lainnya, “Siapakah yang telah mengharamkan kalian memakai pakaian yang menjadi perhiasan bagi kalian? Dan siapakah yang telah mengharamkan makanan, minuman, dan lain-lain yang Allah jadikan rezeki bagi kalian?” Katakanlah -wahai Rasul-, “Sesungguhnya makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain yang termasuk dalam kategori baik itu diperuntukkan bagi orang-orang mukmin selama hidup di dunia. Meskipun ada golongan lain yang menikmatinya di dunia, tetapi di hari Kiamat kelak hanya akan diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman. Ketika itu tidak ada orang kafir yang bisa menikmatinya bersama mereka. Karena Surga diharamkan bagi orang-orang kafir. Kami menjelaskan ayat-ayat itu secara rinci kepada orang-orang yang mau berpikir. Karena merekalah yang bisa mendapatkan manfaat darinya.”
33. Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik yang mengharamkan apa yang Allah halalkan itu, “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan hal-hal yang keji bagi hamba-hamba-Nya. Yaitu dosa-dosa yang jelek, baik lahir maupun batin. Dia juga mengharamkan segala macam perbuatan maksiat dan pelanggaran atas hak-hak orang lain, baik menyangkut darah, harta benda, maupun harga dirinya secara semena-mena. Dia juga mengharamkan kalian menyekutukan Allah dengan yang lain tanpa landasan yang benar. Dan Dia juga mengharamkan kalian berbicara tanpa ilmu tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, tindakan-tindakan-Nya dan ketentuan-ketentuan syariat-Nya.”
34. Tiap-tiap generasi dan kurun mempunyai masa dan waktu yang ditetapkan bagi ajal mereka. Jika batas waktu yang telah ditetapkan itu sudah tiba, mereka tidak dapat menundanya atau memajukannya sedikit pun.
35. Wahai anak-anak Adam! Apabila kalian didatangi utusan-utusan-Ku yang berasal dari kaum kalian sendiri untuk membacakan kitab suci yang Aku turunkan kepada mereka, maka patuhilah mereka dan ikutilah ajaran yang mereka bawa. Karena orang-orang yang bertakwa kepada Allah dengan menjalankan perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya, dan melaksanakan amal saleh tidak akan ada kekhawatiran atas mereka di hari Kiamat dan mereka tidak bersedih hati atas kekayaan dunia yang tidak mereka dapatkan.
36. Sedangkan orang-orang kafir yang mendustakan ayat-ayat Kami, tidak beriman kepadanya dan enggan melaksanakan ajaran yang dibawa oleh para rasul mereka, sesungguhnya mereka itu adalah penghuni-penghuni Neraka yang akan menetap di sana untuk selama-lamanya.
37. Tidak ada seorang pun yang lebih zalim dari orang yang membuat kebohongan atas nama Allah dengan mengatakan bahwa Dia mempunyai sekutu atau memiliki kekurangan, atau mengatakan bahwa Allah telah mengatakan sesuatu padahal Dia tidak pernah mengatakannya, atau mendustakan ayat-ayat-Nya yang nyata-nyata menunjukkan ke jalan yang benar. Orang-orang seperti itu akan mendapatkan kesenangan dunia yang telah ditetapkan bagi mereka di Loh mahfuz sampai Malaikat maut dan kawan-kawannya mendatangi mereka untuk mencabut nyawa mereka. Malaikat itu akan datang seraya mencela mereka dengan mengatakan, “Di manakah tuhan-tuhan yang kalian sembah selain Allah itu? Panggillah mereka untuk membantu kalian!” Orang-orang musyrik berkata kepada para malaikat, “Tuhan-tuhan yang kami sembah itu sudah pergi meninggalkan kami. Kami tidak tahu di mana mereka berada.” Dan mereka pun mengakui bahwa mereka adalah orang-orang yang ingkar. Akan tetapi pengakuan mereka di saat seperti itu justru menjadi bumerang bagi mereka serta tidak ada gunanya.
38. Para Malaikat berkata kepada mereka, “Masuklah kalian (wahai orang-orang musyrik) ke dalam golongan umat-umat kafir dan sesat yang telah berlalu sebelum kalian, baik dari bangsa jin maupun manusia, di dalam Neraka. Setiap kali suatu umat masuk (ke dalam Neraka) mereka selalu mengutuk umat lain yang telah mendahuluinya ke dalam Neraka. Sampai ketika mereka semua berjumpa dan berkumpul di dalam Neraka maka orang-orang yang paling akhir masuknya (yaitu para bawahan dan pengikut) berkata kepada orang-orang yang lebih dahulu masuknya (yaitu para pemimpin dan pemuka), “Wahai Rabb kami, para pemimpin itulah yang telah menyesatkan kami dari jalan yang benar. Maka hukumlah mereka dengan hukuman yang berlipat ganda. Karena mereka telah membuat sebuah kesesatan tampak baik di mata kami.” Allah menjawab ucapan mereka itu, “Masing-masing dari kalian akan mendapatkan bagian dari azab yang berlipat ganda. Tetapi kalian tidak mengerti dan tidak mengetahuinya.”
39. Para pemimpin yang menjadi panutan berkata kepada para pengikutnya, “Kalian (wahai para pengikut) tidak memiliki kelebihan apa pun atas kami yang dapat meringankan azab kalian. Karena yang menjadi pertimbangan ialah amal yang sudah kalian perbuat. Dan kalian tidak punya alasan untuk membenarkan tindakan kalian mengikuti kebatilan. Maka rasakanlah (wahai para pengikut) azab seperti yang kami rasakan, akibat kekafiran dan kemaksiatan yang telah kalian perbuat.”
40. Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami yang terang-benderang dan enggan untuk tunduk dan patuh kepadanya akan berputus asa dari segala kebaikan. Maka pintu-pintu langit tidak akan dibuka untuk menerima amal perbuatan mereka karena kekafiran mereka. Dan juga tidak akan dibuka untuk menerima roh mereka ketika mereka meninggal dunia. Dan mereka tidak akan pernah masuk Surga sampai ada unta (yang merupakan salah satu binatang bertubuh besar) masuk ke lubang jarum yang merupakan salah satu lubang yang sangat kecil. Ini hal yang mustahil. Maka sesuatu yang digantungkan padanya (yaitu masuknya mereka ke dalam Surga) pun merupakan perkara yang mustahil. Balasan seperti itulah yang Allah berikan kepada para pelaku dosa terbesar.
41. Orang-orang yang ingkar dan sombong itu akan mendapatkan hamparan di Neraka Jahanam. Dan bagian di atas mereka akan ada azab yang menaungi mereka. Balasan seperti itulah yang akan Kami berikan kepada orang-orang yang melanggar ketentuan-ketentuan Allah lantaran kekafiran dan sikap mereka yang berpaling darinya.
42. Sedangkan orang-orang yang beriman kepada Rabb mereka dan mengerjakan amal saleh menurut kemampuan mereka (dan Allah memang tidak memberikan beban kepada seseorang di atas kemampuannya) adalah penghuni Surga yang akan masuk dan tinggal di dalamnya untuk selama-lamanya.
43. Salah satu pelengkap kenikmatan yang mereka terima di Surga ialah Allah mencabut rasa benci dan dendam dari dalam hati mereka dan mengalirkan sungai-sungai di bawah tempat tinggal mereka. Dan mereka mengakui karunia yang Allah berikan kepada mereka dengan mengatakan, “Segala puji bagi Allah yang telah membimbing kami untuk melaksanakan amal saleh ini yang membuat kami mendapatkan tempat ini. Dan kami tidak mungkin bisa melaksanakan amal saleh ini dengan kemampuan kami sendiri sekiranya Allah tidak membimbing kami untuk melaksanakannya. Sungguh utusan-utusan Rabb kami telah datang kepada kami dengan membawa kebenaran yang tidak ada keraguan sedikit pun terhadapnya dan membawa janji serta ancaman yang benar.” Dan diserukan kepada mereka, “Sesungguhnya Surga ini, yang pernah diberitahukan oleh para rasul-Ku di dunia, Allah wariskan kepada kalian disebabkan amal saleh yang telah kalian perbuat dengan tujuan untuk mengharap wajah Allah.”
44. Para penduduk Surga berbicara kepada para penduduk Neraka setelah mereka masuk ke tempat masing-masing, “Sungguh kami mendapati Surga yang dijanjikan Rabb kami kepada kami itu benar-benar ada. Kami telah dimasukkan ke dalamnya. Apakah kalian (wahai orang-orang kafir) mendapati Neraka yang Allah ancamkan kepada kalian itu benar adanya?” Orang-orang kafir menjawab, “Sungguh kami mendapati Neraka yang Dia peringatkan kepada kami itu benar-benar ada.” Kemudian seseorang berseru kepada Allah agar Dia mengusir orang-orang yang zalim (kafir) itu dari rahmat-Nya. Karena Dia telah membuka pintu-pintu rahmat-Nya untuk mereka selama di dunia tetapi mereka berpaling darinya.
45. Mereka itulah orang-orang yang zalim. Yaitu orang-orang yang dengan sadar berpaling dari jalan Allah dan mendorong orang lain untuk berpaling darinya, serta berharap agar jalan yang benar berubah menjadi bengkok supaya tidak dilalui oleh manusia. Dan mereka ingkar terhadap akhirat dan tidak bersiap-siap untuk menghadapinya.
46. Dan di antara dua golongan itu -yakni penduduk Surga dan penduduk Neraka- terdapat dinding pemisah yang bernama Al-A’rāf. Di atas dinding pemisah itu terdapat orang-orang yang amal baiknya setara dengan amal buruknya. Mereka bisa mengenali penduduk Surga dengan melihat tanda-tandanya, seperti wajah mereka yang putih. Dan mereka juga bisa mengenali penduduk Neraka dengan melihat tanda-tandanya, seperti wajah mereka yang hitam. Lalu orang-orang itu menyapa para penduduk Surga dengan nada hormat, “Salāmun 'alaikum.” Penduduk Surga itu belum masuk ke dalamnya, dan mereka sedang berharap untuk masuk Surga dengan rahmat Allah.
47. Apabila pandangan orang-orang yang ada di Al-A'rāf dialihkan ke arah para penduduk Neraka dan menyaksikan beratnya azab yang mereka terima, mereka berdoa kepada Allah, “Wahai Rabb kami! Jangan Engkau kumpulkan kami bersama orang-orang yang zalim lantaran berbuat kufur dan menyekutukan-Mu."
48. Orang-orang yang tinggal di Al-A’rāf itu berseru kepada sejumlah penduduk Neraka yang mereka kenali melalui tanda-tanda mereka, seperti wajah mereka yang hitam dan mata mereka yang berwarna biru, seraya berkata, “Harta benda dan teman yang banyak tidak bermanfaan untuk kalian, demikian juga halnya dengan sikap kalian yang berpaling dari kebenaran karena kesombongan dan keangkuhan tidak berguna bagi kalian.”
49. Allah berfirman seraya menegur keras terhadap orang-orang kafir, “Apakah mereka ini orang-orang yang kalian bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapatkan rahmat dari Allah?” Dan Allah berkata kepada orang-orang mukmin, “Masuklah kalian -wahai orang-orang mukmin- ke dalam Surga. Tidak ada kekhawatiran sedikit pun terhadap masa depan kalian. Dan kalian pun tidak bersedih hati atas kekayaan duniawi yang luput dari kalian setelah kalian berjumpa dengan kenikmatan yang abadi.”
50. Dan para penduduk Neraka berseru kepada penduduk Surga dengan nada meminta, “Wahai para penduduk Surga! Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang Allah berikan kepada kalian.” Para penduduk Surga menjawab, “Sesungguhnya Allah mengharamkannya bagi orang-orang yang kafir. Dan sesungguhnya kami tidak akan menolong kalian dengan sesuatu yang diharamkan oleh Allah bagi kalian.”
51. Mereka itu adalah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai bahan gurauan serta permainan dan mereka terpedaya oleh kehidupan dunia dengan kemegahan dan keelokannya. Maka pada hari Kiamat kelak mereka dilupakan oleh Allah dan dibiarkan berhadapan dengan azab yang sangat keras. Karena mereka dahulu melupakan hari Kiamat, sehingga mereka tidak berbuat sesuatu dan bersiap-siap untuk menghadapinya. Dan juga sebab mereka dahulu menolak dan ingkar kepada dalil-dalil dan bukti-bukti yang Allah berikan, padahal sebenarnya mereka mengetahui bahwa itu semua benar.
52. Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan kepada mereka Kitab suci Al-Qur`ān ini. Yaitu kitab suci yang diturunkan kepada Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Dan Kami telah menjelaskan kitab suci ini berdasarkan ilmu yang berasal dari Kami. Kitab suci ini adalah petunjuk bagi orang-orang mukmin ke jalan yang baik serta benar dan sebagai rahmat bagi mereka, karena mengandung petunjuk untuk menggapai kebahagiaan hidup di dunia dan di Akhirat.
53. Orang-orang kafir itu hanya menunggu datangnya azab pedih yang telah disampaikan kepada mereka, yang akan menjadi akhir dari perjalanan nasib mereka di Akhirat. Yaitu pada hari ketika azab yang diberitakan kepada mereka akan tiba dan ganjaran yang beritakan kepada orang-orang mukmin akan datang. Ketika itulah orang-orang yang melupakan Al-Qur`ān semasa hidupnya di dunia dan tidak mau mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya akan berkata, “Sesungguhnya utusan-utusan Rabb kami telah datang kepada kami dengan membawa kebenaran yang tidak ada keraguan sedikit pun terhadapnya dan tidak ada kebimbangan bahwa kebenaran itu berasal dari sisi Allah. Oh, seandainya saja kami mempunyai perantara yang dapat menolong kami di sisi Allah sehingga kami terbebas dari azab itu. Atau seandainya saja kami bisa kembali ke dunia agar kami bisa mengerjakan amal saleh untuk mengganti perbuatan-perbuatan buruk kami, sehingga kami bisa selamat dari siksa tersebut.” Orang-orang kafir itu telah merugikan diri mereka sendiri dengan menjerumuskan diri mereka sendiri ke dalam jurang kehancuran akibat kekafiran mereka. Dan tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah semasa di dunia menjauh dari mereka sehingga tidak dapat memberikan manfaat apa pun kepada mereka.
54. Sesungguhnya Rabb kalian -wahai manusia- adalah Rabb yang telah menciptakan langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya dalam enam hari. Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy dengan cara yang sesuai dengan keagungan-Nya, kita tidak tahu bagaimana caranya. Dia menghilangkan gelapnya malam dengan terangnya siang dan menghilangkan terangnya siang dengan gelapnya malam. Keduanya saling menyusul dengan cepat, tidak ada yang terlambat. Jika yang satu menghilang maka yang lain langsung datang. Dan Dia -Subḥānahu- juga menciptakan matahari, bulan, dan bintang-bintang yang ditundukkan dan dipersiapkan. Ingatlah! Hanya Allah-lah Pencipta seluruh makhluk. Adakah pencipta lain selain Allah? Dan Dia lah satu-satunya pemilik perintah. Kebaikan-Nya amat agung dan berlimpah. Dia lah pemilik semua sifat keagungan dan kesempurnaan. Dia adalah Rabb alam semesta.
55. Berdoalah kalian -wahai orang-orang mukmin- kepada Rabb kalian dengan penuh kerendahan dan ketundukan, dan dengan suara yang pelan dan samar, serta tulus dalam berdoa, tidak memperlihatkannya kepada manusia dan tidak menyekutukan-Nya -Subḥānahu- dengan yang lain. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas dalam berdoa. Dan salah satu tindakan yang melampaui batas dalam berdoa ialah memanjatkan doa kepada selain Allah di samping berdoa kepada-Nya seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik.
56. Dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi dengan melakukan perbuatan maksiat setelah keadaannya diperbaiki oleh Allah melalui pengutusan para rasul -‘Alaihimussalām- dan memakmurkannya dengan ketaatan makhluk-Nya hanya kepada-Nya. Dan berdoalah kalian kepada Allah semata seraya merasa takut akan siksa-Nya dan menunggu datangnya ganjaran dari-Nya. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik. Maka jadilah kalian orang-orang yang baik.
57. Allah -Subḥānahu- adalah Rabb yang mengirimkan angin untuk memberi kabar gembira akan datangnya hujan. Sampai ketika angin itu membawa gumpalan awan pekat yang berisi air, maka Kami giring awan itu ke daerah yang gersang, lalu Kami turunkan air hujan di daerah tersebut. Kemudian dengan air itu Kami menumbuhkan segala macam buah-buahan. Dan sebagaimana Kami menumbuhkan buah-buahan itu, Kami akan mengeluarkan orang-orang yang mati dari dalam kuburnya dalam kondisi hidup. Kami melakukan hal itu dengan harapan agar kalian -wahai manusia- mengingat kekuasaan Allah dan keindahan ciptaan-Nya. Sesungguhnya Dia Mahakuasa untuk menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati.
58. Tanah yang baik akan menumbuhkan tanamannya secara baik dan sempurna dengan izin Allah. Begitu pula orang yang beriman akan mendengarkan nasihat dan mendapatkan manfaat darinya, kemudian menghasilkan amal perbuatan yang baik. Sedangkan tanah yang gersang dan tandus tidak akan menumbuhkan tanamannya kecuali dengan susah payah dan tidak baik. Begitu juga orang yang kafir tidak akan mendapatkan manfaat dari nasihat yang diterimanya, sehingga tidak menghasilkan amal perbuatan yang baik dan bermanfaat. Sebagaimana contoh-contoh yang beragam dan indah itu Kami memberikan bukti-bukti dan argumen-argumen yang beragam untuk membuktikan kebenaran bagi orang-orang yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah, sehingga mereka tidak mengingkarinya dan senantiasa patuh kepada Rabb mereka.
59. Sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya sebagai seorang rasul untuk mengajak mereka mengesakan Allah dan melarang mereka menyembah selain Allah. Maka ia berkata kepada mereka, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah semata. Karena kalian tidak punya tuhan lain yang berhak disembah selain Dia. Sesungguhnya aku khawatir kalian akan ditimpa azab pada hari yang besar (hari Kiamat) apabila kalian mempertahankan kekafiran kalian.”
60. Para pemuka dan pemimpin kaumnya menjawab, “Sesungguhnya kami benar-benar melihatmu -wahai Nuh- berada dalam kesesatan yang nyata.”
61. Nuh berkata kepada para pemuka kaumnya, “Aku tidak tersesat seperti anggapan kalian. Justru aku sedang mengikuti petunjuk dari Rabbku. Karena aku adalah seorang rasul yang diutus kepada kalian dari Allah, Rabbku, Rabb kalian dan Rabb segenap alam semesta.
62. Aku menyampaikan kepada kalian wahyu yang Allah berikan kepadaku. Aku ingin kalian memperoleh kebaikan dengan menganjurkan kalian agar kalian menjalankan perintah Allah dan mendapatkan pahala dari-Nya, dan dengan memperingatkan kalian supaya meninggalkan larangan-Nya dan menghindari hukuman-Nya. Dan aku mengetahui banyak hal dari Allah yang tidak kalian ketahui melalui wahyu yang Dia berikan kepadaku.
63. Apakah kalian merasa heran bahwa kalian menerima wahyu dan peringatan dari Rabb kalian melalui seorang laki-laki yang kalian kenal dari lingkungan kalian sendiri? Karena ia tumbuh dan besar di lingkungan kalian, ia bukan seorang pendusta dan bukan orang yang tersesat, serta ia bukan berasal dari bangsa lain. Dia datang kepada kalian untuk memperingatkan kalian akan hukuman Allah jika kalian berdusta dan durhaka. Hendaklah kalian bertakwa kepada Allah dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dan mudah-mudahan kalian mendapat rahmat-Nya jika kalian beriman kepada-Nya.”
64. Kemudian kaumnya mendustakannya dan tidak beriman kepadanya, melainkan tetap mempertahankan kekafiran mereka. Maka ia (Nuh) pun memohon kepada Allah agar membinasakan mereka. Lalu Kami menyelamatkannya beserta orang-orang mukmin yang berada di atas kapal bersamanya dari air bah. Dan Kami binasakan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami serta mempertahankan kekafirannya dengan menenggelamkan mereka dalam air bah yang Kami turunkan sebagai hukuman bagi mereka. Sesungguhnya hati mereka buta terhadap kebenaran.
65. Dan kepada suku ‘Ād Kami utus seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yaitu Hud -‘Alaihissalām-, ia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah semata. Karena kalian tidak punya tuhan lain yang berhak disembah selain Dia. Tidakkah kalian takut kepada-Nya dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya agar kalian selamat dari azab-Nya?”
66. Para pemimpin dan pemuka kaumnya yang ingkar kepada Allah dan mendustakan rasul-Nya berkata, “Sesungguhnya kami tahu bahwa kamu -wahai Hud- benar-benar bodoh dan pandir ketika kamu mengajak kami menyembah Allah semata dan tidak menyembah berhala. Dan kami benar-benar merasa yakin dan mantap bahwa kamu berdusta tentang pengakuanmu bahwa kamu adalah seorang rasul.”
67. Hud menjawab ucapan kaumnya dengan mengatakan, “Wahai kaumku! Aku tidak bodoh maupun pandir. Sesungguhnya aku adalah utusan dari Rabb semesta alam."
68. Aku menyampaikan pesan Allah kepada kalian tentang keharusan mengesakan-Nya dan menjalankan syariat-Nya. Dan aku benar-benar peduli kepada kalian dan aku dapat dipercaya dalam menyampaikan apa yang harus kusampaikan. Aku tidak menambah atau mengurangi sedikit pun.
69. Apakah kalian merasa heran dan aneh bahwa kalian mendapatkan peringatan dari Rabb kalian melalui seorang laki-laki dari bangsa kalian sendiri -bukan dari bangsa malaikat atau jin- untuk mengingatkan kalian? Bersyukurlah dan berterimakasihlah kalian kepada Rabb kalian yang telah menempatkan kalian di bumi dan menjadikan kalian sebagai penerus kaum Nuh yang telah dibinasakan oleh Allah karena kekafiran mereka. Dan bersyukurlah kalian kepada Allah karena Dia telah memberikan keistimewaan kepada kalian berupa tubuh yang besar, kuat, dan perkasa. Dan ingatlah nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada kalian dengan seluas-luasnya agar kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan dan terhindar dari apa yang kalian cemaskan.”
70. Kaumnya berkata, “Apakah kamu -wahai Hud- datang kepada kami untuk menyuruh kami menyembah Allah semata dan meninggalkan apa yang disembah oleh leluhur kami? Datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika memang kamu benar dalam hal itu.”
71. Hud menjawab ucapan mereka dengan mengatakan, “Kalian benar-benar pantas menerima azab dan murka dari Allah. Azab itu pasti akan datang kepada kalian, bukan sesuatu yang mustahil. Apakah kalian hendak berdebat denganku tentang berhala-berhala yang kalian dan leluhur kalian sebut sebagai tuhan, padahal sebenarnya tidak nyata? Karena Allah tidak pernah menurunkan hujah yang bisa kalian jadikan landasan untuk penyebutan berhala-berhala tersebut sebagai tuhan. Maka tunggulah azab yang kalian minta itu. Dan aku pun menunggu bersama kalian. Azab itu pasti datang.”
72. Kemudian Kami selamatkan Hud -‘Alaihissalām- dan para pengikutnya dengan rahmat Kami. Dan Kami musnahkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka bukan orang-orang mukmin tetapi orang-orang kafir. Maka mereka pantas mendapat azab.
73. Dan kepada suku Ṡamūd Kami utus saudara laki-laki mereka, Ṣāleḥ untuk mengajak mereka mengesakan dan menyembah Allah. Ṣāleḥ berkata kepada mereka, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah semata. Karena kalian tidak punya tuhan lain yang berhak disembah selain Dia. Telah datang kepada kalian bukti nyata dari Allah yang menunjukkan kebenaran dari ajaran yang kubawa. Bukti itu ada pada unta yang keluar dari dalam batu. Unta itu mempunyai waktu sendiri untuk minum. Dan kalian pun mempunyai hari tertentu untuk minum. Maka biarkanlah unta itu makan di bumi Allah karena kalian tidak berkewajiban membiayai unta itu sedikit pun. Dan janganlah kalian mengganggunya, karena jika kalian mengganggunya kalian akan ditimpa azab yang sangat menyakitkan.
74. Dan ingatlah nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kalian ketika kalian menjadi penerus kaum ‘Ād di muka bumi, menempatkan kalian di sana sehingga kalian bisa menikmati apa yang ada di sana dan menemukan apa yang kalian cari. Hal itu terjadi setelah kaum ‘Ād dibinasakan karena mereka telah kufur dan ingkar. Kalian membangun istana-istana di tanah yang datar dan memahat gunung-gunung menjadi tempat tinggal kalian. Maka ingatlah nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kalian agar kalian bersyukur kepada-Nya. Dan tinggalkanlah perbuatan yang mendatangkan kerusakan di muka bumi. Yaitu dengan meninggalkan kekufuran terhadap Allah dan menjauhi perbuatan maksiat.
75. Para pemuka dan pemimpin yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang mukmin dari kaumnya yang mereka anggap lemah, “Apakah kalian yakin -wahai orang-orang mukmin- bahwa Ṣāleḥ benar-benar utusan Allah?” Orang-orang mukmin yang mereka anggap lemah menjawab, “Sesungguhnya kami percaya, yakin, dan tunduk kepada ajaran yang dibawa oleh Ṣāleḥ dan mengamalkan syariat-nya."
76. Orang-orang yang sombong di antara kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami ingkar terhadap apa yang kalian percayai itu, wahai orang-orang mukmin. Kami tidak akan beriman kepadanya dan tidak akan mengamalkan syariatnya.”
77. Kemudian mereka menyembelih unta yang tidak boleh mereka ganggu itu. Mereka enggan menjalankan perintah Allah. Dan mereka melecehkan ancaman yang disampaikan oleh Ṣāleḥ dengan mengatakan, “Wahai Ṣāleḥ! Datangkanlah kepada kami azab pedih yang kau ancamkan itu, jikalau kamu benar-benar utusan Allah!."
78. Kemudian orang-orang kafir itu ditimpa azab yang mereka minta itu. Mereka dilanda gempa bumi yang sangat dahsyat. Mereka semua tewas dengan muka dan lutut menghunjam ke tanah. Tidak ada satu pun dari mereka yang selamat dari bencana tersebut.
79. Lalu Ṣāleḥ -‘Alaihissalām- meninggalkan kaumnya setelah ia merasa bahwa mereka tidak akan mengikuti seruannya. Dan ia pun berkata kepada mereka, “Wahai kaumku! Aku telah menyampaikan kepada kalian apa yang harus kusampaikan kepada kalian. Aku juga telah menasihati kalian agar kalian berbuat baik dan meninggalkan keburukan. Akan tetapi kalian adalah kaum yang tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat yang benar-benar ingin menunjukkan kalian kepada kebaikan dan menjauhkan kalian dari keburukan."
80. Dan ingatlah Lūṭ, saat ia mengingkari kaumnya seraya berkata, “Apakah kalian melakukan perbuatan keji serta menjijikkan, yaitu homoseks? yang merupakan perbuatan baru yang kalian adakan, karena belum pernah dilakukan oleh siapa pun sebelum kalian."
81. Sesungguhnya kalian mendatangi sesama laki-laki untuk melampiaskan syahwat kalian dan mengabaikan kaum wanita yang diciptakan untuk menyalurkan syahwat bersama kalian. Sungguh kalian benar-benar tidak mengikuti akal sehat, ajaran agama, maupun fitrah yang suci. Kalian telah melanggar aturan Allah karena kalian telah keluar dari kondisi normal yang ada pada diri manusia. Kalian telah menyimpang dari akal sehat dan fitrah yang mulia.
82. Jawaban kaumnya yang melakukan perbuatan keji (homoseks) itu terhadap teguran yang diberikan kepada mereka tiada lain selain berpaling dari kebenaran sembari berkata, “Usirlah Lūṭ beserta keluarganya dari desa kalian. Sesungguhnya mereka adalah manusia-manusia yang menghindari perbuatan kita ini. Jadi, mereka tidak layak berada di tengah-tengah kita.”
83. Kemudian Kami menyelamatkannya (Lūṭ) beserta keluarganya dengan menyuruh mereka keluar di malam hari dari desa yang akan ditimpa azab itu, kecuali istrinya yang memilih tinggal bersama kaumnya. Maka ia pun terkena azab yang menimpa mereka.
84. Kami turunkan hujan kepada mereka dengan hujan yang sangat besar. Kami menghujani mereka dengan batu dari Neraka. Dan Kami balik desa itu sehingga bagian atasnya berada di bawah. Maka renungkanlah -wahai Rasul- bagaimana akhir dari perjalanan nasib kaum Lūṭ yang durjana itu? Nasib mereka berakhir dengan kebinasaan dan kehinaan yang abadi.
85. Dan kepada suku Madyan Kami telah mengutus saudara mereka, Syu’aib -‘Alaihissalām-. Lalu ia berkata kepada mereka, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah semata. Karena kalian tidak punya tuhan lain yang berhak disembah selain Dia. Telah datang kepada kalian bukti yang nyata dari Allah dan dalil yang jelas-jelas menunjukkan bahwa ajaran yang kubawa kepada kalian benar-benar berasal dari Tuhanku. Berikanlah hak-hak manusia dengan menyempurnakan takaran dan timbangan. Dan jangan mengurangi hak-hak mereka dengan cara menjelek-jelekkan dan merendahkan barang dagangan mereka, atau menipu mereka. Dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi dengan melakukan kekafiran dan kemaksiatan setelah bumi ini diperbaiki oleh para nabi yang diutus sebelumnya. Hal tersebut akan lebih baik dan lebih bermanfaat bagi kalian jika kalian percaya. Karena hal itu berarti meninggalkan perbuatan maksiat dalam rangka menjauhi larangan Allah dan mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya.
86. Janganlah kalian duduk di setiap jalan seraya mengancam setiap orang yang melaluinya untuk merampas harta bendanya. Dan janganlah kalian menghalang orang-orang yang hendak mengikuti agama Allah seraya membuat jalan Allah menjadi bengkok (nampak sulit) agar tidak dilalui oleh manusia (yakni menghindar dari agama Allah). Dan ingatlah nikmat yang Allah berikan kepada kalian agar kalian bersyukur kepada-Nya. Karena dahulu jumlah kalian sedikit, kemudian Allah memperbanyak jumlah kalian. Dan perhatikanlah bagaimana nasib orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi sebelum kalian. Nasib mereka berakhir dengan kebinasaan dan kehancuran.
87. Jika ada sekelompok orang di antara kalian yang percaya pada ajaran yang kubawa dari Tuhanku dan ada kelompok lain yang tidak percaya maka tunggulah -wahai orang-orang yang tidak percaya- keputusan yang akan Allah berikan di antara kalian, Dia lah yang terbaik dan paling adil dalam memutuskan dan menetapkan.
88. Para pemimpin dan pemuka kaum Syu’aib yang menyombongkan diri mereka berkata kepada Syu’aib -‘Alaihissalām-, “Sungguh, kami benar-benar akan mengusirmu -wahai Syu’aib- dari desa ini bersama dengan para pengikutmu yang mempercayaimu atau kamu mau kembali kepada agama kami.” Syu’aib menjawab mereka dengan nada mengajak berpikir dan heran, “Apakah aku harus mengikuti agama dan keyakinan kalian sekalipun kita membencinya, karena kita tahu bahwa agama yang kalian anut itu salah?."
89. Sungguh kami telah membuat kebohongan atas nama Allah jika kami mengakui kekafiran dan kemusyrikan yang kalian anut itu setelah Allah menyelamatkan kami darinya dengan karunia-Nya. Dan kami tidak boleh dan tidak pantas kembali kepada agama kalian yang batil itu, kecuali apabila Rabb kami menghendakinya. Karena segala sesuatu tunduk kepada kehendak Allah -Subḥānahu-. Pengetahuan Rabb kami meliputi segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya. Hanya kepada Allah-lah kami bersandar agar Dia berkenan memantapkan hati kami di jalan yang lurus dan melindungi kami dari jalan menuju Neraka Jahīm. Ya Rabb kami, berilah keputusan yang benar di antara kami dan kaum kami yang kafir itu. Maka tolonglah pihak yang benar dan yang teraniaya untuk mengalahkan pihak yang salah dan ingkar. Karena Engkau -wahai Tuhan kami- adalah sebaik-baik pemberi keputusan.”
90. Para pemimpin dan pemuka kaumnya yang menolak dakwah tauhid itu memperingatkan kaumnya agar waspada terhadap Syu’aib dan agamanya. Mereka mengatakan, “Sungguh, jika kalian masuk ke dalam agama Syu’aib -wahai kaum kami- dan meninggalkan agama leluhur kalian, pasti kalian akan celaka.”
91. Kemudian mereka dilanda gempa bumi yang sangat dahsyat hingga mereka tewas di dalam rumah-rumah mereka sendiri. Mereka tewas dalam posisi telungkup dengan lutut bertekuk dan wajah tersungkur di dalam rumah-rumah mereka.
92. Orang-orang yang mendustakan Syu’aib tewas semua. Hingga seolah-olah mereka tidak pernah tinggal di rumah mereka dan tidak menikmati apa pun di dalamnya. Orang-orang yang mendustakan Syu’aib itu adalah orang-orang yang benar-benar merugi. Karena mereka kehilangan nyawa dan harta benda mereka. Dan bukan kaumnya yang mau beriman kepadanya yang merugi sebagaimana anggapan orang-orang yang kafir dan ingkar.
93. Dan setelah mereka binasa, Syu’aib -‘Alaihissalām- pergi meninggalkan mereka seraya berkata, “Wahai kaumku! Sesungguhnya aku telah menyampaikan apa yang harus kusampaikan kepada kalian dari Rabbku dan aku pun telah menasihati kalian, tetapi kalian tidak mau menerima nasihatku dan tidak mau mengikuti saranku. Bagaimana mungkin aku bersedih atas orang-orang yang ingkar kepada Allah dan bersikeras mempertahankan kekafirannya?”
94. Dan tidaklah Kami mengutus seorang nabi kepada suatu negeri kemudian penduduknya mendustakannya dan ingkar kepadanya melainkan Kami akan menghukum mereka dengan kesulitan, kemiskinan, dan penyakit, agar mereka tunduk kepada Allah dan meninggalkan kekafiran serta kesombongan mereka. Ini adalah peringatan bagi orang-orang Quraisy dan semua orang yang ingkar dan mendustakan (para nabi). dengan menyebutkan kebiasaan (sunah) yang Allah berlakukan kepada umat-umat yang ingkar.
95. Kemudian Kami ganti kesulitan hidup dan penyakit yang mereka derita itu dengan kebaikan, kekayaan, dan kedamaian, hingga jumlah mereka bertambah banyak dan harta mereka berlimpah ruah. Dan mereka berkata, “Nasib buruk dan nasib baik yang kami alami itu adalah tradisi yang selalu dialami oleh para pendahulu kami di masa lalu.” Mereka tidak menyadari bahwa penderitaan yang mereka alami itu dimaksudkan untuk dijadikan sebagai pelajaran. Dan mereka tidak mengerti bahwa nikmat yang mereka terima adalah istidraj bagi mereka. Maka Kami hukum mereka dengan azab yang tiba-tiba. Mereka tidak pernah menyadari dan tidak pernah mengira datangnya azab itu.
96. Sekiranya penduduk negeri-negeri ini, yang Kami mengutus rasul-rasul Kami kepada mereka percaya pada ajaran yang dibawa oleh para rasul itu dan takut kepada Rabb mereka dengan meninggalkan kekafiran dan kemaksiatan serta menjalankan perintah-perintah-Nya niscaya Kami akan membukakan untuk mereka pintu-pintu kebaikan dari segala penjuru. Tetapi mereka tidak percaya dan tidak takut kepada Allah. Bahkan mendustakan ajaran yang dibawa oleh rasul-rasul mereka. Maka Kami hukum mereka dengan azab yang datang secara tiba-tiba akibat dosa-dosa yang telah mereka perbuat.
97. Apakah penduduk negeri-negeri kafir itu merasa aman dari datangnya azab Kami di malam hari ketika mereka tengah tertidur pulas dengan santai dan tenang?
98. Atau apakah mereka merasa aman dari datangnya azab Kami di siang hari pada waktu duha ketika mereka sedang lengah serta lalai karena kesibukan mereka dengan urusan dunia mereka?
99. Perhatikanlah apa yang Allah berikan kepada mereka berupa tenggang waktu, kekuatan dan rezeki yang berlimpah ruah sebagai istidraj bagi mereka. Apakah orang-orang kafir dari penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari azab dan rencana Allah yang tersembunyi? Tidak ada yang merasa aman dari azab Allah selain orang-orang yang celaka. Sedangkan orang-orang yang mendapat petunjuk pasti senantiasa takut akan azab Allah. Mereka tidak terlena dengan karunia yang Dia berikan kepada mereka, melainkan menganggapnya sebagai anugerah-Nya kepada mereka kemudian mereka bersyukur kepada-Nya.
100. Belum jelaskah bagi orang-orang yang mewarisi bumi setelah umat-umat yang mendahului mereka binasa akibat dosa-dosa mereka kemudian mereka tidak mengambil pelajaran dari apa yang menimpa mereka tetapi justru berbuat seperti mereka, belum jelaskah bagi mereka bahwa sekiranya Allah berkehendak menghukum mereka karena dosa-dosa mereka niscaya Dia akan menghukum mereka sesuai dengan sunah-Nya (kebiasaan-Nya)? Dan Allah pun mengunci mati hati mereka sehingga mereka tidak bisa menerima nasihat dan tidak menghiraukan peringatan.
101. Negeri-negeri di masa lalu itu -yaitu negeri-negeri kaum Nuh, Hud, Ṣāleḥ, dan Syu’aib- Kami ceritakan kepadamu -wahai Rasul- sebagian dari kisah pembangkangan mereka dan kehancuran mereka agar menjadi pelajaran serta peringatan bagi siapa saja yang mau menjadikannya sebagai pelajaran dan peringatan. Para rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata atas kebenaran dakwah mereka, tetapi saat para rasul datang, mereka tidak mau beriman dan Allah tahu bahwa mereka memang akan mendustakan para rasul. Dan sebagaimana Allah mengunci mati hati penduduk negeri-negeri yang mendustakan rasul-rasul mereka itu Allah juga mengunci mati hati orang-orang yang mendustakan Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sehingga mereka tidak mengetahui jalan iman.
102. Dan Kami tidak mendapati kebanyakan dari umat-umat yang didatangi oleh para rasul itu memiliki keteguhan hati dan kesetiaan terhadap pesan yang diberikan oleh Allah. Kami tidak mendapati mereka tunduk kepada perintah-perintah-Nya. Tetapi Kami mendapati kebanyakan dari mereka tidak taat kepada Allah.
103. Kemudian sepeninggal rasul-rasul itu Kami mengutus Musa -‘Alaihissalām- dengan membawa mukjizat-mukjizat yang nyata-nyata menunjukkan kebenarannya kepada Fir’aun dan kaumnya. Tetapi mereka menolak dan mengingkari mukjizat-mukjizat tersebut. Maka renungkanlah -wahai Rasul- bagaimana akhir perjalanan nasib Fir’aun beserta kaumnya. Allah membinasakan mereka dengan cara menenggelamkan mereka di laut dan mengutuk mereka di dunia dan Akhirat.
104. Tatkala Allah mengutus Musa dan mendatangi Fir’aun, ia berkata, “Wahai Fir’aun! Sesungguhnya aku adalah utusan dari Rabb yang menciptakan seluruh makhluk, yang memilikinya dan mengatur segala urusannya.”
105. Musa berkata, “Karena aku adalah utusan dari-Nya maka sudah semestinya bila aku hanya mengatakan yang benar atas nama-Nya. Aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata-nyata menunjukkan kebenaranku, dan menunjukkan bahwa aku adalah utusan dari Rabbku kepadamu. Maka lepaskanlah bersamaku orang-orang Bani Israil dari penahanan dan penindasan.”
106. Fir’aun berkata kepada Musa, “Kalau kamu datang dengan membawa bukti seperti pengakuanmu, maka tunjukkanlah bukti itu jika pengakuanmu itu benar.”
107. Kemudian Musa melemparkan tongkatnya. Dan tongkat itu langsung berubah menjadi ular yang sangat besar dan bisa dilihat oleh semua orang.
108. Lalu Musa mengeluarkan tangannya dari belahan bajunya di bagian dada atau di bawah ketiaknya, dan tangan itu terlihat putih, bukan karena penyakit kusta, dan tampak berkilauan saking putihnya bagi siapa saja yang melihatnya.
109. Tatkala para pembesar dan pemuka melihat tongkat Musa berubah menjadi ular dan tangannya menjadi putih berkilau bukan karena penyakit kusta, mereka berkata, “Musa ini pasti seorang penyihir yang hebat."
110. Dengan sihirnya itu ia ingin mengusir kalian dari negeri kalian ini. Yaitu negeri Mesir. Kemudian Fir’aun meminta pendapat mereka terkait masalah Musa -‘Alaihissalām- seraya berkata, “Apa saran kalian kepadaku?”
111. Mereka berkata kepada Fir'aun, “Tangguhkanlah urusan Musa dan saudaranya, Harun. Dan kirimlah sejumlah orang ke kota-kota yang ada di Mesir untuk mengumpulkan para penyihir yang ada di sana."
112. Maka setiap orang yang kamu kirim untuk mengumpulkan para penyihir dari berbagai kota, akan membawa penyihir yang sangat mahir dan hebat.
113. Kemudian Fir’aun mengirim sejumlah orang untuk mengumpulkan para penyihir. Dan tatkala para penyihir datang mereka bertanya kepada Fir’aun, "Apakah mereka akan mendapatkan imbalan jika mereka berhasil mengalahkan Musa dengan sihir mereka?."
114. Fir’aun menjawab, “Ya. Kalian akan mendapatkan imbalan dan upah. Dan kalian akan menjadi orang-orang yang dekat dengan raja dengan mengampu jabatan yang tinggi.”
115. Para penyihir itu benar-benar yakin bahwa mereka akan menang. Maka dengan penuh kesombongan dan keangkuhan mereka berkata, “Wahai Musa! Terserah kamu, apakah kamu yang akan memulai dengan melemparkan sesuatu? Ataukah kami yang akan memulai?”
116. Musa menjawab dengan keyakinan penuh akan pertolongan Rabbnya tanpa menghiraukan mereka, “Lemparkanlah tali-tali dan tongkat-tongkat kalian?” Setelah mereka melemparkannya, mereka berhasil menyihir mata manusia yang melihatnya dengan memalingkannya dari penglihatan yang benar dan membuat mereka ketakutan. Mereka berhasil menunjukkan sihir yang hebat di depan mata orang-orang yang melihatnya.
117. Dan Allah mewahyukan kepada nabi sekaligus orang yang diajak-Nya berbicara, yaitu Musa -‘Alaihissalām-, “Lemparkanlah tongkatmu, wahai Musa!” Maka Musa pun melemparkan tongkatnya. Kemudian tongkat itu berubah menjadi ular dan langsung menelan tali-tali dan tongkat-tongkat yang digunakan oleh para penyihir untuk mengubah kenyataan dan mengelabui manusia bahwa tali-tali dan tongkat-tongkat itu adalah ular-ular yang bergerak.
118. Maka muncullah kebenaran yang nyata. Kebenaran dari ajaran yang dibawa oleh Musa -‘Alaihissalām- menjadi nyata. Dan kepalsuan dari apa yang dibuat oleh para penyihir itu pun menjadi jelas.
119. Para penyihir itu berhasil dikalahkan dan ditaklukkan. Musa telah mengalahkan mereka dalam pertunjukan itu. Dan para penyihir itu berbalik menjadi hina dina.
120. Setelah menyaksikan betapa besarnya kekuasaan Allah dan melihat bukti-bukti yang nyata, para penyihir itu tidak punya pilihan lain selain tunduk dan bersujud kepada Allah -Ta'ālā-.
121. Para penyihir berkata, “Kami beriman kepada Rabb yang menciptakan segenap makhluk."
122. Yaitu Rabbnya Musa dan Harun -‘Alaihimassalām-. Hanya Dia lah yang berhak disembah. Bukan sembahan-sembahan lain yang dianggap sebagai tuhan.
123. Setelah para penyihir itu menyatakan beriman kepada Allah semata, Fir’aun langsung mengancam mereka dengan mengatakan, “Kalian menyatakan beriman kepada Allah sebelum aku mengizinkan kalian untuk beriman kepada-Nya? Sesungguhnya pernyataan kalian untuk beriman kepada-Nya dan percaya kepada ajaran yang dibawa oleh Musa pasti sebuah rekayasa serta tipu daya yang kalian rencanakan bersama Musa untuk mengusir penduduk kota ini. Kalian -wahai para penyihir- akan segera tahu apa hukuman yang akan kalian terima."
124. Sungguh, aku benar-benar akan memotong tangan kanan kalian dan kaki kiri kalian, atau tangan kiri kalian dan kaki kanan kalian. Kemudian aku akan menggantung kalian semua di pohon kurma sebagai hukuman bagi kalian dan agar menjadi pelajaran bagi siapa saja yang melihat kalian dalam keadaan seperti itu.”
125. Para penyihir menjawab ancaman Fir’aun dengan mengatakan, “Sesungguhnya kami hanya akan kembali kepada Rabb kami. Jadi, kami tidak peduli dengan ancamanmu."
126. Dan kamu -wahai Fir’aun- tidak mengingkari sikap kami dan menemukan kesalahan kami melainkan lantaran kami beriman kepada mukjizat (bukti-bukti) dari Rabb kami ketika mukjizat (bukti-bukti) itu datang kepada kami melalui Musa. Jika hal ini dianggap dosa yang patut dicela, maka itulah dosa kami.” Kemudian mereka mamanjatkan doa kepada Allah dengan khusyuk seraya berkata, “Wahai Rabb kami, berilah kami kesabaran yang berlimpah agar kami bertahan di atas kebenaran. Matikanlah kami sebagai orang-orang yang berserah diri kepada-Mu, tunduk kepada perintah-Mu dan mengikuti utusan-Mu.”
127. Lalu para pemuka dan pembesar kaum Fir’aun berkata kepada Fir’aun untuk menganjurkannya melakukan sesuatu kepada Musa dan para pengikutnya yang beriman, “Apakah kamu -wahai Fir’aun- akan membiarkan Musa dan kaumnya menyebarkan kerusakan di muka bumi dan meninggalkan dirimu dan tuhan-tuhanmu serta mengajak orang untuk menyembah kepada Allah semata?” Fir’aun menjawab, “Kita akan membunuh anak-anak laki-laki dari Bani Israil dan mempertahankan anak-anak perempuan mereka untuk melayani kita. Dan kita akan menguasai mereka, menindas, dan menjajah mereka.”
128. Musa berpesan kepada kaumnya dengan mengatakan, “Wahai kaumku! Mintalah pertolongan hanya kepada Allah dalam mengusir kesulitan yang kalian hadapi dan mendatangkan manfaat yang kalian harapkan. Dan bersabarlah atas cobaan yang kalian hadapi. Karena bumi ini adalah milik Allah semata, bukan milik Fir’aun atau yang lainnya hingga membuatnya merasa berhak memaksakan kehendaknya di sana. Allah-lah yang memutar bumi ini di antara manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Tetapi kesudahan yang baik di bumi ini akan menjadi milik orang-orang mukmin yang menjalankan perintah-perintah Rabb mereka dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Kesudahan yang baik akan menjadi milik mereka walaupun mereka ditimpa berbagai macam ujian dan cobaan.
129. Kaum Musa dari kalangan Bani Israil berkata kepada Musa -‘Alaihissalām-, “Wahai Musa! Kami mendapatkan cobaan melalui Fir’aun yang membunuh anak-anak laki-laki kami dan mempertahankan anak-anak perempuan kami sebelum dan sesudah kamu datang kepada kami.” Lalu Musa -‘Alaihissalām- menasihati mereka dan memberikan kabar gembira kepada mereka akan adanya jalan bagi mereka, “Mudah-mudahan Rabb kalian segera membinasakan musuh kalian, Fir’aun dan para pengikutnya. Dan sesudah itu mudah-mudahan Allah memberikan tempat yang layak bagi kalian di bumi ini. Kemudian Dia akan melihat perbuatan kalian, apakah kalian akan bersyukur ataukah kufur.”
130. Kami telah menghukum keluarga Fir’aun dengan kekeringan dan paceklik, dan Kami uji mereka dengan kekurangan buah-buahan dan hasil bumi agar mereka ingat dan mengambil pelajaran bahwa apa yang menimpa mereka itu adalah hukuman bagi mereka atas kekafiran mereka, lalu mereka mau bertobat kepada Allah.
131. Apabila keluarga Fir’aun mendapatkan tanah yang subur, buah-buahan yang bagus, dan harga-harga yang murah mereka berkata, “Kami mendapatkan ini karena kami berhak mendapatkannya dan dikhususkan bagi kami.” Dan apabila mereka ditimpa musibah seperti kekeringan, gagal panen, penyakit, dan musibah lainnya, mereka akan menganggap bahwa Musa dan para pengikutnya dari Bani Israil sebagai biang kesialan. Padahal sesungguhnya apa yang menimpa mereka itu adalah ketentuan dari Allah -Subḥānahu-. Musa dan para pengikutnya tidak punya andil sedikit pun di dalamnya selain doa yang dipanjatkan oleh Musa untuk mengutuk mereka. Tetapi kebanyakan dari mereka tidak mengetahuinya sehingga mereka menganggap bahwa pelakunya bukan Allah.
132. Para pengikut Fir’aun menolak kebenaran seraya berkata kepada Musa -‘Alaihissalām-, “Manakah tanda serta dalil yang kamu bawa kepada kami? Manakah hujah yang menunjukkan bahwa keyakinan yang kami anut ini salah sehingga kamu menyuruh kami meninggalkannya? dan Manakah bukti yang menunjukkan bahwa ajaran yang kamu bawa itu benar? Kami tidak akan percaya kepadamu.”
133. Kemudian Kami kirimkan air bah kepada mereka hukuman atas penolakan dan pembangkangan mereka sehingga menenggelamkan lahan pertanian dan buah-buahan mereka. Lalu Kami kirimkan kepada mereka belalang untuk memakan hasil pertanian mereka. Kami juga mengirim kutu yang menyerang tanaman serta menyakiti manusia di rambut kepalanya. Lalu Kami kirimkan kepada mereka katak yang memenuhi wadah-wadah mereka, merusak makanan mereka dan mengganggu tidur mereka. Dan juga Kami kirimkan kepada mereka darah yang membuat air sumur dan sungai mereka berubah menjadi darah. Kami mengirimkan itu semua sebagai bukti yang nyata dan datang silih berganti secara berturut-turut. Meskipun begitu banyak hukuman yang menimpa mereka, tetapi mereka tetap enggan untuk beriman kepada Allah dan percaya kepada ajaran yang dibawa oleh Musa -‘Alaihissalām-. Mereka adalah orang-orang yang suka berbuat maksiat, tidak mau meninggalkan kebatilan dan enggan mengikuti jalan yang benar.
134. Tatkala mereka ditimpa beragam azab tersebut, mereka datang kepada Musa -‘Alaihissalām- dan berkata, “Wahai Musa! Berdoalah kepada Rabbmu untuk kebaikan kami dengan memanfaatkan keistimewaanmu sebagai nabi dan apa yang Dia janjikan kepadamu untuk menghentikan azab dengan tobat. Mudah-mudahan Dia menghentikan azab yang menimpa kami. Jika kamu berhasil menghentikan azab itu dari kami niscaya kami benar-benar akan percaya kepadamu. Dan kami benar-benar akan melepaskan orang-orang Bani Israil dan membiarkan mereka pergi bersamamu.”
135. Kemudian tatkala Kami telah menghentikan azab itu dari mereka sampai batas waktu tertentu sebelum menenggelamkan mereka di laut, ternyata mereka melanggar janji mereka sendiri untuk percaya kepada Musa dan melepaskan orang-orang Bani Israil. Mereka tetap melanjutkan kekafiran mereka dan menolak membebaskan orang-orang Bani Israil bersama Musa -‘Alaihissalām-.
136. Maka tatkala waktu jatuh tempo yang ditetapkan untuk membinasakan mereka telah tiba, Kami menurunkan azab Kami kepada mereka dengan menenggelamkan mereka di laut. Hal itu disebabkan oleh perilaku mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling dari kebenaran nyata yang ditunjukkan oleh ayat-ayat tersebut yang tidak mengandung keraguan sedikit pun.
137. Dan Kami wariskan kepada orang-orang Bani Israil yang sebelumnya ditindas oleh Fir’aun dan para pengikutnya itu bumi bagian timur dan barat. Maksudnya ialah negeri-negeri Syam. Yaitu negeri yang diberkati oleh Allah dengan mengeluarkan hasil pertanian dan buah-buahannya dengan kualitas terbaik. Dan sempurnalah kalimat Rabbmu yang terbaik yang terdapat dalam firman-Nya -Ta'ālā-, "Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin serta menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).” [Surah Al-Qaṣaṣ: 5]. Kemudian Allah memberi mereka kejayaan di muka bumi berkat kesabaran mereka atas kekejaman Fir’aun dan kaumnya terhadap mereka. Dan Kami hancurkan lahan-lahan pertanian dan pemukiman yang dibuat oleh Fir’aun dan juga istana-istana yang ia bangun.
138. Dan Kami bawa orang-orang Bani Israil menyeberangi lautan tatkala Musa memukulkan tongkatnya dan laut terbelah. Kemudian mereka berjumpa dengan kaum yang sedang menyembah berhala. Mereka menyembah berhala-berhala mereka selain Allah. Lalu orang-orang Bani Israil berkata kepada Musa -‘Alaihissalām-, “Wahai Musa! Buatkanlah berhala untuk kami agar kami bisa menyembahnya sebagaimana mereka menyembah berhala-berhala mereka selain Allah.” Maka Musa berkata kepada mereka, “Wahai kaumku! Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang tidak mengerti apa yang harus kalian lakukan kepada Allah, yaitu mengagungkan dan mengesakan-Nya. Dan kalian juga tidak mengerti apa yang tidak boleh kalian lakukan terhadap Allah, yaitu menyekutukan-Nya dengan sesuatu maupun menyembah tuhan lain selain Dia.
139. Sesungguhnya orang-orang yang menyembah berhala itu dihancurkan keyakinannya dalam menyembah selain Allah dan hangus semua (pahala) amal kebajikan yang pernah mereka lakukan, karena mereka menyekutukan Allah dan menyembah tuhan lain selain Allah.
140. Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Bagaimana mungkin aku mencari tuhan lain untuk kalian sembah selain Allah? Kalian telah menyaksikan betapa besarnya tanda-tanda kekuasaan Allah. Dia -Subḥānahu wa Ta'ālā- telah mengunggulkan kalian atas seluruh umat manusia yang ada pada masa kalian. Karena Allah telah memberi kalian anugerah berupa kehancuran musuh kalian, menjadikan kalian penguasa bumi dan memberi kalian kejayaan di muka bumi.”
141. Dan ingatlah -wahai Bani Israil- tatkala Kami menyelamatkan kalian dengan membebaskan kalian dari penindasan Fir’aun dan kaumnya. Yaitu ketika mereka menimpakan beragam tekanan kepada kalian, membunuh anak-anak laki-laki kalian dan mempertahankan anak-anak perempuan kalian untuk dijadikan sebagai pelayan. Dan pembebasan kalian dari penindasan Fir’aun dan kaumnya itu merupakan ujian besar dari Rabb kalian yang menuntut kalian untuk bersyukur kepada-Nya.
142. Dan Allah menjanjikan kepada utusan-Nya, Musa, untuk bermunajat dengan-Nya selama tiga puluh malam. Kemudian Allah menyempurnakannya dengan menambah sepuluh malam sehingga menjadi empat puluh malam. Dan ketika hendak pergi bermunajat dengan Rabbnya Musa berkata kepada saudaranya, Harun, “Wahai Harun! Gantikanlah kedudukanku di tengah-tengah kaumku. Uruslah urusan mereka dengan baik dan lemah lembut. Dan janganlah kamu mengikuti jejak orang-orang yang membuat kerusakan dengan melakukan perbuatan maksiat dan menjadi penolong bagi orang-orang yang bermaksiat.”
143. Dan tatkala Musa datang untuk bermunajat kepada Rabbnya pada waktu yang telah ditentukan, yaitu selama empat puluh hari penuh, dan Rabbnya telah berfirman kepadanya untuk memberikan perintah-perintah-Nya, larangan-larangan-Nya, dan lain-lain, tiba-tiba Musa ingin sekali melihat Rabbnya. Maka Musa memohon kepada-Nya agar diperkenankan melihat-Nya. Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- menjawab, “Kamu tidak akan bisa melihat-Ku selama hidup di dunia ini. Karena kamu tidak punya kemampuan untuk itu. Tetapi lihatlah ke arah gunung itu. Jika Aku menampakkan diri kemudian gunung itu tetap berada di tempatnya dan tidak terpengaruh sedikit pun, niscaya kamu akan bisa melihat-Ku. Namun jika gunung itu hancur dan rata dengan tanah, maka kamu tidak akan bisa melihat-Ku di dunia ini.” Kemudian tatkala Allah menampakkan diri-Nya di hadapan gunung itu tiba-tiba gunung itu hancur lebur dan rata dengan tanah. Sedangkan Musa jatuh tersungkur tak sadarkan diri. Setelah siuman Musa berkata, “Mahasuci Engkau -wahai Rabbku- dari segala sesuatu yang tidak layak bagi-Mu. Kini aku bertobat kepada-Mu dari permintaanku untuk melihat-Mu di dunia ini. Dan aku adalah orang mukmin pertama di antara kaumku.”
144. Allah berfirman kepada Musa, “Wahai Musa! Sesungguhnya Aku memilihmu dan lebih mengutamakanmu dari orang lain untuk menyampaikan risalah-Ku kepada mereka. Dan Aku pun memberimu kelebihan dengan berbicara langsung kepadamu tanpa perantara. Maka terimalah kemuliaan yang Aku berikan kepadamu ini. Dan jadilah kamu orang yang bersyukur kepada Allah atas karunia yang sangat besar ini.”
145. Dan Kami telah menuliskan untuk Musa di dalam lembaran terbuat dari kayu dan materi lainnya segala sesuatu yang dibutuhkan oleh Bani Israil dalam urusan agama dan dunia mereka, agar menjadi pelajaran bagi mereka yang mau menjadikannya sebagai pelajaran, dan menjadi penjelasan yang rinci bagi ketentuan-ketentuan hukum yang memerlukan penjelasan secara rinci. Maka ambillah kitab suci Taurat itu -wahai Musa- dengan penuh kesungguhan dan keseriusan. Dan perintahkanlah kepada kaummu, Bani Israil agar mengambil ketentuan-ketentuan terbaik yang ada di dalamnya yang menjanjikan pahala yang lebih besar, seperti melaksanakan perintah dengan sebaik-baiknya, bersabar dan memaafkan. Aku akan menunjukkan kepadamu akibat yang diterima oleh orang yang melanggar perintah-Ku dan tidak taat kepada-Ku. Nasibnya akan berakhir dengan kebinasaan dan kehancuran.
146. Aku akan memalingkan orang-orang yang sombong kepada hamba-hamba Allah dan enggan menerima kebenaran tanpa alasan yang jelas dari kemauan untuk mengambil pelajaran pada tanda-tanda kekuasaan-Ku yang ada di jagad raya dan di dalam diri manusia, dan dari kemauan untuk memahami ayat-ayat yang ada di dalam Kitab Suci-Ku. Jika mereka melihat setiap ayat mereka tidak percaya kepadanya. Karena mereka menentangnya dan berpaling darinya. Dan juga karena mereka sengaja melawan Allah dan rasul-Nya. Jika mereka melihat jalan yang benar dan mengantarkan kepada rida Allah mereka tidak mau mengikutinya. Dan jika mereka melihat jalan menyimpang dan sesat yang mengantarkan kepada murka Allah mereka selalu mengikutinya. Apa yang menimpa mereka itu semata-mata akibat dari sikap mereka yang mendustakan tanda-tanda kekuasaan Allah yang sangat agung yang menjadi bukti kebenaran ajaran yang dibawa oleh para rasul, dan juga akibat dari kelalaian mereka dalam mempelajarinya.
147. Orang-orang yang mendustakan tanda-tanda kekuasaan Kami yang menjadi bukti kebenaran rasul-rasul Kami dan mendustakan perjumpaan dengan Allah di hari Kiamat pasti amal perbuatan mereka berupa ketaatan akan hangus. Mereka tidak akan mendapatkan ganjaran atas amal ibadah mereka karena tidak memenuhi salah satu syaratnya, yaitu iman. Kelak pada hari Kiamat mereka tidak akan mendapatkan balasan apa pun kecuali untuk kekafiran mereka kepada Allah dan perbuatan syirik mereka. Dan balasan untuk hal itu ialah kekal di dalam Neraka.
148. Setelah Musa pergi untuk bermunajat terhadap Rabbnya, kaumnya membuat sebuah patung anak sapi dari perhiasan mereka. Patung itu tidak bernyawa tetapi bisa bersuara. Tidakkah mereka tahu bahwa patung anak sapi itu tidak bisa berbicara kepada mereka, tidak bisa membimbing mereka ke jalan kebaikan baik yang lahir maupun yang batin, dan tidak bisa mendatangkan manfaat apa pun bagi mereka atau menghilangkan kesulitan dari mereka? Mereka menjadikan patung anak sapi itu sebagai sembahan. Mereka benar-benar menganiaya diri mereka sendiri dengan tindakan itu.
149. Tatkala mereka menyesali perbuatan mereka, bimbang, dan menyadari bahwa mereka telah menyimpang dari jalan yang lurus dengan tindakan mereka menyembah patung anak sapi di samping menyembah Allah, mereka berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah seraya berkata, “Sungguh, jika Rabb kami tidak berbelas kasih kepada kami dengan membimbing kami pada ketaatan kepada-Nya dan tidak mengampuni kesalahan kami yang telah menyembah patung anak sapi itu niscaya kami benar-benar akan tergolong orang-orang merugi di dunia dan Akhirat.”
150. Dan tatkala Musa -setelah bermunajat dengan Rabbnya- kembali kepada kaumnya dengan hati yang penuh kemarahan dan kesedihan karena mendapati mereka menyembah patung anak sapi, ia berkata, “Alangkah buruknya keadaan yang kalian ciptakan sesudah kepergianku dari kalian. Karena keadaan itu bisa menyebabkan datangnya kehancuran dan kesengsaraan. Apakah kalian bosan menungguku, sehingga kalian menyembah patung anak sapi itu?” Lalu Musa melemparkan lembaran-lembaran (Taurat) karena terbakar kemarahan dan kesedihan yang sangat hebat. Dan ia pun memegang kepala dan janggut saudaranya, Harun dan menariknya ke arahnya. Hal itu karena Harun tinggal bersama kaumnya tetapi tidak berbuat apa-apa ketika melihat mereka menyembah patung anak sapi. Harun meminta maaf kepada Musa seraya berkata, “Wahai putra ibuku! Sesungguhnya orang-orang itu menganggapku lemah sehingga mereka meremehkanku, bahkan mereka nyaris membunuhku. Jadi, janganlah kamu menghukumku dengan hukuman yang membuat musuh-musuhku bersuka ria. Dan janganlah kemarahanmu membuatku termasuk ke dalam golongan orang-orang zalim yang menyembah selain Allah.”
151. Musa berdoa kepada Tuhannya, “Ya Tuhanku! Ampunilah aku. Dan ampunilah saudaraku, Harun. Masukkanlah kami ke dalam rahmat-Mu dan lingkupilah kami dengan rahmat-Mu dari segala penjuru. Karena Engkau -wahai Tuhanku- lebih menyayangi kami dari siapa pun.”
152. Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan patung anak sapi sebagai tuhan yang mereka sembah itu akan mendapatkan murka yang sangat keras dari Rabb mereka. Mereka akan mendapatkan kehinaan di dalam hidup ini karena mereka telah mengundang murka Rabb mereka dan merendahkan-Nya. Balasan semacam itulah yang akan Kami berikan kepada orang-orang yang suka membuat kebohongan atas nama Allah.
153. Orang-orang yang melakukan keburukan seperti menyekutukan Allah dan berbuat maksiat, kemudian bertobat kepada Allah dengan beriman kepada-Nya dan meninggalkan perbuatan maksiat yang telah mereka lakukan, sesungguhnya Rabbmu setelah pertobatan ini dan kembali dari musyrik menuju iman dan dari kemaksiatan menuju ketaatan -wahai Rasul- Maha Pengampun dengan menutupi dan memaafkannya lagi Maha Penyayang bagi mereka.
154. Setelah kemarahan Musa -‘Alaihissalām- reda, ia mengambil lembaran-lembaran (Taurat) yang dilemparkannya karena dibakar amarahnya. Sedangkan papan-papan tersebut berisi petunjuk dari jalan yang sesat menuju jalan yang benar. Dan juga berisi rahmat bagi orang-orang yang takut kepada Tuhan dan takut akan hukuman-Nya.
155. Musa memilih tujuh puluh orang terbaik dari kaumnya untuk memohon ampun kepada Rabb mereka atas tindakan orang-orang awam yang telah menyembah patung anak sapi. Dan Allah memerintahkan kepada mereka agar datang di tempat dan waktu yang ditentukan. Setelah mereka tiba di tempat itu, tiba-tiba mereka bersikap lancang kepada Allah dengan meminta kepada Musa agar memperlihatkan Allah kepada mereka secara nyata. Kemudian mereka diguncang gempa bumi yang sangat dahsyat hingga mereka jatuh pingsan. Lalu Musa menundukkan diri kepada Rabbnya dan berkata, “Ya Rabbku! Sekiranya Engkau berkehendak membinasakan mereka dan membinasakan aku bersama mereka sebelum kedatangan mereka, niscaya Engkau telah membinasakan mereka. Apakah Engkau hendak membinasakan kami disebabkan perbuatan yang dilakukan orang-orang yang bodoh di antara kami? Apa yang dilakukan oleh kaumku yang menyembah patung anak sapi itu tidak lain hanyalah sebuah cobaan dan ujian yang Engkau jadikan sebagai sarana untuk menyesatkan orang-orang yang Engkau kehendaki dan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang Engkau kehendaki. Engkau-lah yang mengendalikan urusan kami, maka ampunilah dosa-dosa kami. Dan limpahkanlah kepada kami rahmat-Mu yang sangat luas. Engkau adalah sebaik-baik pengampun dosa dan pemaaf kesalahan.
156. Dan jadikanlah kami bagian dari orang-orang yang Engkau muliakan di dalam hidup ini dengan beragam nikmat, jauh dari marabahaya, dan gemar berbuat baik. Dan masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang saleh yang Engkau janjikan Surga di akhirat. Sesungguhnya kami telah bertobat kepada-Mu dan kembali ke jalan-Mu seraya mengakui kekeliruan kami.” Allah -Ta'ālā- berfirman, “Azab-Ku akan Aku timpakan kepada siapa saja yang Aku kehendaki di antara mereka yang berbuat kesesatan, sedangkan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu yang ada di dunia. Tidak ada satu pun makhluk yang tidak menerima rahmat, karunia dan kebaikan Allah. Kemudian Aku akan menetapkan rahmat-Ku di Akhirat bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan mejauhi larangan-larangan-Nya. Dan bagi orang-orang yang membayarkan zakat atas harta kekayaan mereka kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Dan juga bagi orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.
157. Yaitu orang-orang yang menjadi pengikut Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Dia adalah seorang nabi yang buta huruf, tidak bisa membaca dan menulis. Dia hanya menerima wahyu dari Rabbnya. Ialah sosok nabi yang namanya, sifat-sifatnya, dan apa yang diturunkan kepadanya mereka dapati tertulis di dalam kitab suci Taurat yang diturunkan kepada Musa -‘Alaihissalām- dan kitab suci Injil yang diturunkan kepada Isa -‘Alaihissalām-. Ia menyuruh mereka melakukan sesuatu yang diketahui sebagai sebuah kebaikan dan keselamatan, melarang mereka melakukan sesuatu yang diketahui sebagai suatu keburukan menurut akal yang sehat dan fitrah yang normal, menghalalkan makanan, minuman, dan pernikahan yang dianggap lezat sepanjang tidak berbahaya, mengharamkan menghalalkan makanan, minuman, dan pernikahan yang dianggap menjijikkan, dan menanggalkan beban berat yang semula mereka pikul, seperti keharusan memotong bagian yang terkena najis dan keharusan menghukum mati pelaku pembunuhan baik secara sengaja maupun tidak. Orang-orang Bani Israil maupun lainnya yang percaya kepadanya, mengagungkannya, menghormatinya, membelanya dari serangan orang-orang kafir yang memusuhinya, dan mengikuti ajaran Al-Qur`ān yang diturunkan kepadanya layaknya cahaya yang memberi jalan, mereka itulah orang-orang beruntung yang akan mendapatkan apa yang mereka inginkan dan dijauhkan dari apa yang mereka takutkan.
158. Katakanlah -wahai Rasul-, “Wahai manusia! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang diutus kepada kalian semua, baik bangsa Arab maupun 'Ajam (non-Arab). (Allah adalah satu-satunya Rabb) yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia -Subḥānahu-. Dia lah yang menghidupkan makhluk-makhluk yang mati dan mematikan makhluk-makhluk yang hidup. Maka berimanlah kalian -wahai manusia- kepada Allah. Dan berimanlah kalian kepada Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, seorang Nabi yang tidak bisa membaca dan menulis. Dia datang dengan membawa wahyu yang diwahyukan oleh Rabb kepadanya. Ia beriman kepada Allah dan beriman kepada kitab suci yang diturunkan kepadanya serta kitab suci yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya tanpa membedakan satu sama lain. Ikutilah ajaran yang dibawanya dari Rabbnya agar kalian mendapatkan keuntungan di dunia dan di Akhirat.”
159. "Dan di antara kaum Musa dari kalangan Bani Israil ada golongan yang memegang teguh kebenaran, menunjukkan manusia kepadanya dan berlaku adil dalam memutuskan perkara di antara manusia."
160. Dan Kami membagi Bani Israil menjadi dua belas suku. Dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya memintanya berdoa kepada Allah agar mengalirkan air kepada mereka, "Pukullah batu itu -wahai Musa- dengan tongkatmu!”, kemudian Musa memukul batu itu dengan tongkatnya. Tiba-tiba dari batu itu memancar dua belas mata air sesuai dengan jumlah suku mereka. Dan setiap suku sudah mengetahui mana tempat air minumnya masing-masing. Maka tidak ada suku lain yang bergabung dengannya di tempat air minum itu. Dan Kami naungi mereka dengan awan yang bergerak bersama mereka ke mana pun mereka pergi dan berhenti di mana pun mereka berhenti. Dan Kami turunkan kepada mereka di antara nikmat-nikmat Kami berupa minuman manis seperti madu dan burung kecil yang dagingnya bagus sejenis puyuh. Dan Kami katakan kepada mereka, “Makanlah makanan-makanan yang baik dari rezeki yang telah Aku berikan kepada kalian.” Mereka sama sekali tidak menganiaya Kami ketika mereka berlaku tidak adil, mengingkari nikmat, dan tidak menghargainya dengan semestinya. Tetapi mereka menganiaya diri mereka sendiri ketika mereka menjerumuskan diri mereka sendiri ke jurang kehancuran dengan melanggar perintah Allah dan mengingkari nikmat-nikmat-Nya.
161. Ingatlah -wahai Rasul- tatkala Allah berfirman kepada Bani Israil, “Masuklah kalian ke Baitulmakdis dan makanlah dari buah-buahan yang ada di daerah itu, di mana saja dan kapan saja kalian mau. Dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb kami! Hapuslah dosa-dosa kami!.’ Dan masuklah ke pintu gerbang itu sambil rukuk serta menundukkan diri kalian kepada Rabb kalian, niscaya Kami akan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Kami akan menambahkan kebaikan di dunia dan di Akhirat bagi orang-orang yang suka berbuat baik.”
162. Kemudian orang-orang yang zalim di antara mereka mengganti ucapan yang diperintahkan kepada mereka dengan ucapan lain. Maka mereka berkata, “Ada satu biji dalam satu bulir gandum.” Mereka tidak meminta ampun kepada Rabb mereka sebagaimana diperintahkan kepada mereka. Lalu mereka masuk ke pintu gerbang sambil merayap dengan menggunakan pantat mereka. Mereka tidak mau masuk sambil menunjukkan ketundukan mereka kepada Allah dengan menundukkan kepala mereka. Kemudian Kami kirimkan kepada mereka azab dari langit disebabkan oleh kezaliman mereka.
163. Dan tanyakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang Yahudi untuk mengingatkan mereka akan hukuman yang pernah menimpa para pendahulu mereka tentang kisah penduduk desa yang ada di dekat laut. Yaitu ketika mereka melanggar larangan Allah dengan menangkap ikan di hari Sabtu setelah mereka dilarang melakukan hal itu. Ketika itu Allah menguji mereka dengan membuat ikan-ikan muncul ke permukaan air laut di hari Sabtu, sedangkan di hari-hari lainnya tidak muncul. Allah memberi mereka ujian itu karena mereka tidak taat kepada Allah dan berbuat maksiat. Kemudian mereka membuat taktik menangkap ikan dengan cara memasang jaring dan menggali lubang-lubang sehingga ikan-ikan yang muncul pada hari Sabtu terjebak di sana. Lalu mereka mengambil ikan-ikan yang terjebak di sana pada hari Ahad dan memakannya.
164. Dan ingatlah -wahai Rasul- ketika ada sekelompok orang dari mereka yang melarang mereka melakukan perbuatan terlarang itu kemudian ada kelompok lain yang berkata kepada mereka, “Mengapa kalian menasihati sekelompok orang yang akan dibinasakan oleh Allah di dunia akibat perbuatan maksiat yang mereka lakukan, atau akan menimpakan azab yang berat kepada mereka di hari Kiamat?” Kelompok yang memberi nasihat menjawab, “Nasihat yang kami berikan kepada mereka adalah alasan yang akan kami ajukan kepada Allah bahwa kami telah melaksanakan perintah-Nya, yaitu melakukan amar makruf nahi mungkar, sehingga kami tidak dihukum oleh-Nya karena dianggap melalaikan perintah itu. Dan barangkali saja mereka mau menerima nasihat itu kemudian mereka meninggalkan perbuatan maksiat itu.”
165. Kemudian tatkala orang-orang yang durhaka itu menolak peringatan yang diberikan oleh kelompok pemberi nasihat itu dan tidak mau menghentikan kemaksiatan mereka, maka Kami selamatkan kelompok yang mencegah perbuatan mungkar tersebut dari azab Kami dan Kami hukum kelompok yang menganiaya diri mereka sendiri dengan melakukan penangkapan ikan di hari Sabtu itu dengan azab yang sangat berat. Karena mereka tidak taat kepada Allah dan bersikeras mempertahankan kemaksiatan mereka.
166. Maka tatkala mereka telah melampaui batas dalam melanggar ketentuan Allah secara angkuh dan sombong, dan tidak mau menerima nasihat, Kami berfirman kepada mereka, “Wahai orang-orang yang durhaka! Jadilah kalian kera-kera yang hina!” Dan mereka pun langsung berubah menjadi seperti yang Kami kehendaki. Karena sesungguhnya apabila Kami menghendaki sesuatu Kami hanya perlu berfirman, “Jadilah!” maka jadilah apa yang Kami kehendaki itu.
167. Dan ingatlah -wahai Rasul- tatkala Allah memberikan informasi yang sangat jelas dan tidak diragukan lagi bahwa Dia benar-benar mengirimkan orang yang akan menghinakan dan menistakan orang-orang Yahudi selama hidup mereka di dunia ini sampai hari Kiamat. Sesungguhnya Rabbmu -wahai Rasul- benar-benar Mahacepat hukuman-Nya bagi orang yang durhaka kepada-Nya. Bahkan terkadang Dia menyegerakan hukuman bagi orang tersebut di dunia. Dan Dia Maha Pengampun dosa-dosa hamba-hamba-Nya yang bertobat kepada-Nya lagi Maha Penyayang bagi mereka.
168. Kami cerai-beraikan mereka di muka bumi dan Kami cabik-cabik mereka di sana menjadi beberapa golongan setelah sebelumnya mereka bersatu padu. Di antara mereka ada orang-orang saleh yang menjalankan hak-hak Allah dan hak-hak sesama makhluk. Di antara mereka ada pula orang-orang yang bersikap pertengahan. Dan di antara mereka ada orang-orang yang melampaui batas terhadap diri sendiri dengan berbuat maksiat. Dan Kami beri mereka ujian berupa kemudahan dan kesulitan agar mereka menyadari kesalahan mereka.
169. Lalu sepeninggal mereka, datanglah orang-orang jahat yang menjadi generasi penerus mereka. Orang-orang jahat itu mengambil kitab suci Taurat dari para pendahulu mereka. Mereka membacanya tetapi enggan mengamalkannya. Mereka mengambil keuntungan duniawi yang sangat rendah sebagai suap untuk mengubah Kitab Allah dan menetapkan hukum berdasarkan sesuatu yang tidak pernah diturunkan oleh Allah. Dan mereka membesarkan harapan mereka sendiri bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka. Dan jika keuntungan duniawi yang datang kepada mereka itu sedikit, mereka akan mengambilnya secara berulang-ulang. Bukankah Allah telah mengambil perjanjian atas mereka bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu atas nama Allah selain ucapan yang benar tanpa melakukan perubahan atau penggantian sedikit pun? Keengganan mereka untuk mengamalkan isi kitab suci itu bukan karena mereka tidak tahu, bahkan mereka mengetahuinya dengan baik. Karena mereka sudah mempelajari isinya dan menguasainya, maka dosa mereka lebih besar. Padahal kehidupan di Akhirat dan kenikmatan abadi yang ada di dalamnya jauh lebih baik dari kesenangan sementara bagi orang-orang yang takut kepada Allah dengan cara menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Tidakkah orang-orang yang mengambil keuntungan yang sedikit itu mengerti bahwa apa yang Allah siapkan untuk orang-orang yang bertakwa di Akhirat akan lebih baik dan lebih kekal?
170. Sedangkan orang-orang yang memegang teguh kitab suci itu, mengamalkan isinya dan mendirikan salat dengan menjaga waktu-waktunya, syarat-syarat, kewajiban-kewajiban, dan sunah-sunahnya, maka Allah membalas amal perbuatan mereka. Karena Allah tidak akan menyia-nyiakan ganjaran orang yang berbuat baik.
171. Dan ingatlah -wahai Muhammad- ketika Kami mengangkat gunung itu ke atas Bani Israil tatkala mereka menolak apa yang terkandung di dalam kitab suci Taurat, kemudian gunung itu menjadi seperti awan yang menaungi mereka, dan mereka merasa yakin bahwa gunung itu akan jatuh menimpa mereka, dan dikatakan kepada mereka, “Ambillah apa yang Kami berikan kepada kalian dengan sungguh-sungguh, serius, dan tekad yang kuat. Dan ingatlah hukum-hukum yang terkandung di dalamnya yang telah Allah tetapkan bagi kalian serta jangan pernah melupakannya agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah apabila kalian menjalankannya."
172. Dan ingatlah -wahai Muhammad- ketika Rabbmu mengeluarkan dari tulang punggung anak-anak Adam keturunan mereka dan meminta pengakuan mereka akan sifat rubūbiyyah-Nya yang telah Dia sematkan di dalam fitrah mereka, yaitu pengakuan bahwa Allah adalah Pencipta dan Rabb mereka. Dia bertanya kepada mereka, “Bukankah Aku ini Rabb kalian?” Mereka semua menjawab, “Ya. Engkau adalah Rabb kami.” Lalu Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami hanya menguji kalian dan mengambil perjanjian dari kalian agar kelak di hari Kiamat kalian tidak mengingkari hujah yang Allah tunjukkan kepada kalian. Dan supaya kalian tidak beralasan bahwa kalian tidak mengetahui hal itu.”
173. Atau supaya kalian tidak beralasan bahwa para leluhur kalianlah yang melanggar perjanjian itu kemudian menyekutukan Allah dengan sesuatu. Sedangkan kalian hanya meniru praktik syirik yang kalian dapatkan dari para leluhur kalian. Lalu kalian berkata, “Apakah Engkau -wahai Rabb kami- akan menghukum kami dengan azab disebabkan perbuatan para leluhur kami yang membatalkan amal perbuatan mereka lantaran mereka telah menyekutukan Allah? Jadi kami sama sekali tidak bersalah, karena kami tidak tahu apa-apa. Dan kami hanya meniru para leluhur kami.”
174. Sebagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat tentang nasib yang menimpa umat-umat yang kafir tersebut, Kami juga menjelaskan ayat-ayat itu kepada mereka agar mereka mau meninggalkan perbuatan syirik mereka untuk beralih kepada ajaran tauhid dan menyembah kepada Allah semata, seperti yang tertuang di dalam perjanjian yang telah mereka buat sendiri untuk Allah.
175. Bacakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang Bani Israil tentang kisah salah seorang dari mereka yang Kami beri ayat-ayat Kami, kemudian ia mengetahuinya dan memahaminya maksudnya dengan benar, tetapi ia tidak mau mengamalkannya, bahkan ia meninggalkannya dan melepaskan diri darinya. Lalu setan merangkul dirinya dan menjadi kawannya. Maka ia pun menjadi orang yang sesat dan celaka setelah sebelumnya ia tergolong orang-orang yang mengikuti petunjuk dan selamat.
176. Sekiranya Kami hendak memberinya manfaat dari ayat-ayat itu di dunia niscaya Kami akan mengangkat derajatnya dengan memberinya bimbingan untuk mengamalkannya, sehingga derajatnya terangkat di dunia dan di Akhirat. Akan tetapi ia memilih sesuatu yang membuat martabatnya jatuh tatkala ia lebih cenderung kepada kesenangan duniawi. Ia lebih mengutamakan kepentingan dunianya daripada kepentingan Akhiratnya. Ia memilih mengikuti kesenangan hawa nafsunya yang batil. Kerakusannya terhadap dunia tak ubahnya seperti anjing yang terus-menerus menjulurkan lidahnya, seekor anjing saat posisi duduk akan menjulurkan lidahnya, dan ketika dihalau pun akan menjulurkan lidahnya. Itulah perumpamaan bagi orang-orang sesat yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah -wahai Rasul- kisah-kisah tersebut kepada mereka agar mereka berpikir dan mau meninggalkan kekafiran serta kesesatan mereka.
177. Ia tidak lebih buruk dari orang-orang yang mendustakan ayat-ayat dan bukti-bukti kekuasaan Kami. Karena dengan tindakan itu mereka telah menganiaya diri mereka sendiri dengan menjerumuskannya ke jurang kehancuran.
178. Barangsiapa yang dibimbing oleh Allah ke jalan yang lurus, maka ia termasuk orang yang benar-benar mendapatkan petunjuk. Dan barangsiapa yang dijauhkan oleh Allah dari jalan yang lurus, maka orang-orang semacam itu adalah orang-orang yang benar-benar mengurangi kebahagiaan mereka sendiri. Mereka merugikan diri mereka sendiri dan merugikan keluarga mereka kelak di hari Kiamat. Ketahuilah bahwa itu adalah kerugian yang nyata.
179. Dan sungguh Kami telah menciptakan banyak manusia dan jin untuk mengisi Neraka Jahanam. Karena Kami mengetahui bahwa mereka akan melakukan apa yang dilakukan oleh para penghuni Neraka. Mereka mempunyai hati tetapi tidak mau menggunakannya untuk memahami apa yang bermanfaat dan apa yang berbahaya bagi mereka. Mereka mempunyai mata tetapi mereka tidak mau menggunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di di dalam diri mereka dan yang ada di alam semesta untuk dijadikan sebagai pelajaran. Dan mereka mempunyai telinga tetapi mereka tidak mau menggunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah kemudian merenungkan apa yang terkandung di dalamnya. Mereka itu seperti binatang ternak yang tidak mempunyai akal, bahkan mereka lebih sesat dari binatang ternak. Mereka itu adalah orang-orang yang tidak mau beriman kepada Allah dan hari Akhir.
180. Dan Allah mempunyai asmā`ul ḥusnā (nama-nama yang terbaik) yang menunjukkan keagungan dan kesempurnaan-Nya. Maka gunakanlah nama-nama itu untuk tawasul kepada Allah dalam meminta sesuatu yang kalian inginkan dan pujilah menggunakan nama-nama terbaik tersebut. Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari jalan yang benar dalam memperlakukan nama-nama itu. Yaitu dengan menjadikannya sebagai nama untuk selain Allah, menafikannya dari Allah, menyelewengkan maknanya, atau menyerupakannya dengan selain Allah. Kami akan membalas orang-orang yang menyelewengkan nama-nama itu dari kebenaran dengan azab yang sangat pedih disebabkan apa yang telah mereka perbuat.
181. Di antara makhluk-makhluk Kami ada umat yang mendapatkan petunjuk dengan kebenaran dan mengajak orang lain kepadanya sehingga mereka pun mendapatkan petunjuk, dan dengan kebenaran itu pula mereka berlaku adil serta tidak zalim dalam memutuskan perkara.
182. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan tidak beriman kepadanya, melainkan ingkar kepadanya, Kami akan buka untuk mereka pintu-pintu rezeki, bukan untuk memuliakan mereka, tetapi untuk mengelabui mereka agar mereka terus melanjutkan kesesatan yang tengah mereka jalani, kemudian azab Kami akan menimpa di saat mereka lengah.
183. Kami menunda hukuman mereka sampai mereka mengira bahwa mereka tidak dihukum, sehingga mereka terus melanjutkan penolakan dan kekafiran mereka hingga azab mereka dilipatgandakan. Sesungguhnya tipu daya-Ku sangat kuat. Maka Aku memperlihatkan kebaikan kepada mereka, padahal Aku menghendaki kehinaan bagi mereka.
184. Tidakkah orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan rasul-Nya itu mau berpikir dan menggunakan akal sehat mereka agar mereka mendapatkan kejelasan bahwa Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bukanlah orang gila, melainkan utusan dari Allah yang bertugas memberikan peringatan dengan jelas akan adanya azab Allah.
185. Tidakkah mereka mau memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan melihat apa yang Allah ciptakan di dalamnya, seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain, dan memikirkan ajal mereka yang boleh jadi waktunya sudah dekat, kemudian mereka bertobat sebelum terlambat? Jika mereka tidak mau beriman kepada Al-Qur`ān dan isinya, baik berupa janji maupun ancaman, maka kitab apa lagi selain Al-Qur`ān yang akan mereka yakini?”
186. Barangsiapa yang tidak diberi petunjuk oleh Allah kepada kebenaran dan Dia sesatkan dari jalan yang lurus, maka tidak ada seorang pun yang dapat menunjukkannya ke jalan yang benar dan Allah akan membiarkan mereka kebingungan tanpa arah di dalam kesesatan dan kekafiran mereka.
187. Orang-orang yang mendustakan serta ingkar kepada hari Kiamat bertanya kepadamu; kapan ia akan terjadi dan dapat diketahui? Katakanlah -wahai Muhammad-, “Pengetahuan tentang hal itu tidak ada padaku atau orang lain. Pengetahuan tentang hal itu hanya dimiliki oleh Allah semata. Tidak ada yang dapat memunculkannya pada waktu yang telah ditentukan untuknya kecuali Allah. Urusan kemunculannya adalah rahasia bagi seluruh penduduk langit dan bumi. Hari Kiamat tidak akan datang kepada mereka kecuali dengan tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu tentang hari Kiamat, menganggap seolah-olah kamu memiliki ambisi yang sangat kuat untuk mengetahuinya. Dan mereka tidak tahu bahwa kamu tidak bertanya (terus-menerus kepada Rabbmu) tentang hari Kiamat itu karena kamu benar-benar mengetahui tentang siapa Tuhanmu. Katakanlah -wahai Muhammad- kepada mereka, “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu hanya dimiliki oleh Allah saja. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui hal itu.”
188. Katakanlah -wahai Muhammad-, “Aku tidak punya kemampuan untuk mendatangkan manfaat bagi diriku sendiri, dan aku pun tak dapat menghindarkan diriku dari mara bahaya, kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah. Sesungguhnya semua itu berpulang kepada Allah. Dan aku juga tidak mengetahui apa pun selain apa yang Allah ajarkan kepadaku. Maka aku tidak mengetahui perkara yang gaib. Sekiranya aku mengetahui perkara yang gaib niscaya aku akan melakukan hal-hal yang kuketahui dapat mendatangkan keuntungan bagiku dan menghindarkan diriku dari kerugian, karena (jika demikian) aku akan mengetahui segala sesuatu sebelum terjadi dan mengetahui hasil akhir. Aku bukanlah siapa-siapa melainkan utusan dari Allah. Aku memperingatkan akan adanya siksa Allah yang sangat pedih. Dan aku memberikan kabar gembira akan adanya balasan yang mulia bagi orang-orang yang percaya bahwa aku adalah utusan Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- dan mereka membenarkan ajaran yang kubawa.”
189. Dia lah yang telah menciptakan kalian -wahai kaum laki-laki dan wanita- dari satu jiwa, yaitu Adam -‘Alaihissalām-. Dan dari Adam -‘Alaihissalām- itulah Dia menciptakan istrinya, Ḥawā`. Dia menciptakan Ḥawā` dari tulang rusuk Adam agar ia merasa damai dan tenteram di sisi istrinya. Maka tatkala seorang suami mencampuri istrinya ia pun mengandung dengan kondisi kehamilan yang ringan sehingga ia tidak merasakannya, karena masih pada fase awal kehamilannya. Dalam kondisi kehamilan seperti itu ia terus beraktivitas seperti biasa tanpa kendala. Kemudian tatkala ia merasa berat dengan kehamilannya karena perutnya yang terus membesar keduanya memanjatkan doa kepada Rabb mereka berdua seraya berkata, “Sungguh, jika Engkau -ya Rabb kami- memberi kami anak dengan fisik yang baik dan sempurna, niscaya kami benar-benar akan bersyukur atas segala nikmat yang Engkau berikan kepada kami.”
190. Maka tatkala Allah mengabulkan doa mereka berdua dan memberi mereka seorang anak yang baik sebagaimana doa yang mereka panjatkan, tiba-tiba keduanya menyekutukan Allah dengan sembahan-sembahan lain-Nya terkait apa yang Allah berikan kepada mereka berdua. Mereka menjadikan anak mereka sebagai hamba bagi selain Allah. Mereka memberi nama anak mereka 'Abdul Ḥāriṡ (Hamba Petani). Mahatinggi Allah dan Mahasuci Dia dari segala sesuatu yang dijadikan sekutu bagi-Nya. Karena Dia lah satu-satu-Nya pemilik sifat rubūbiyyah dan ulūhiyyah.
191. Apakah mereka menjadikan berhala-berhala itu dan lainnya sebagai sekutu-sekutu bagi Allah dalam beribadah, sedangkan mereka tahu bahwa berhala-berhala dan yang lainnya itu tidak pernah menciptakan sesuatu yang membuatnya berhak disembah, karena berhala-berhala itu adalah makhluk yang diciptakan? Jadi bagaimana mungkin mereka menjadikan berhala-berhala itu sebagai sekutu-sekutu bagi Allah?
192. Sembahan-sembahan selain Allah itu tidak mampu menolong orang yang menyembahnya, bahkan tidak mampu menolong dirinya sendiri; bagaimana bisa mereka menyembahnya?
193. Jika kalian -wahai orang-orang musyrik- mengajak berhala-berhala yang kalian jadikan sebagai sembahan selain Allah itu ke jalan yang benar, pasti mereka tidak akan menyambut ajakan kalian dan tidak akan mau mengikuti kemauan kalian. Jadi akan sama saja bagi mereka antara kalian mengajak mereka atau diam saja. Karena mereka tidak lebih dari benda-benda mati yang tidak bisa berpikir, mendengar, maupun berbicara.
194. Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah itu -wahai orang-orang musyrik- adalah makhluk yang diciptakan dan dimiliki oleh Allah. Jadi mereka itu adalah makhluk ciptaan Allah, seperti kalian. Bahkan kondisi kalian lebih baik dari mereka. Karena kalian adalah makhluk hidup yang bisa berbicara, berjalan, mendengar, dan melihat. Sedangkan berhala-berhala kalian itu tidak demikian keadaannya. Maka cobalah kalian memanggil mereka dan persilakan mereka menjawabnya jika memang benar anggapan kalian tentang mereka.
195. Apakah berhala-berhala yang kalian sembah itu mempunyai kaki untuk berjalan guna memenuhi kebutuhan kalian? Apakah mereka mempunyai tangan untuk melindungi kalian dengan kekuatannya? Apakah mereka mempunyai mata untuk melihat sehingga mampu memberitahukan hal yang tidak bisa kalian lihat? Atau apakah mereka mempunyai telinga untuk mendengar hal yang tersembunyi dari kalian lantas menyampaikannya kepada kalian? Jika memang semuanya itu tidak berfungsi, bagaimana mungkin kalian menyembahnya dengan harapan kalian akan mendapatkan manfaat dan terhindar dari mudarat? Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik itu, “Panggillah berhala-berhala yang kalian anggap setara dengan Allah, kemudian buatlah rekayasa untuk mencelakakanku, dan jangan memberiku kesempatan untuk menghindar.
196. Sesungguhnya penolongku adalah Allah yang senantiasa menjagaku. Maka aku tidak pernah berharap kepada selain Allah. Dan aku tidak takut sedikit pun pada berhala-berhala kalian. Karena Allah lah yang telah menurunkan Al-Qur`ān kepadaku sebagai petunjuk bagi umat manusia. Dan Dia lah yang melindungi orang-orang saleh di antara hamba-hamba-Nya. Dia lah yang menjaga dan menolong mereka.
197. Dan berhala-berhala yang kalian berdoa kepadanya selain Allah itu -wahai orang-orang musyrik- tidak kuasa menolong kalian dan tidak mampu menolong diri mereka sendiri. Mereka lemah tak berdaya. Lalu bagaimana mungkin kalian berdoa kepada mereka selain Allah?
198. Dan jika kalian -wahai orang-orang musyrik- mengajak berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah itu ke jalan yang benar mereka pasti tidak mendengar ajakanmu, dan kalian akan melihat mereka menyambutmu dengan mata buatan yang mati dan tidak bisa melihat. Dahulu mereka membuat patung-patung dalam bentuk manusia atau hewan. Patung-patung buatan mereka itu mempunyai tangan, kaki, dan mata. Tetapi patung-patung itu tetap benda mati yang tidak hidup dan tidak bisa bergerak.
199. Terimalah -wahai Rasul- perbuatan dan perangai yang mampu dan mudah dilakukan oleh manusia. Jangan membebani mereka dengan sesuatu yang sulit diterima oleh tabiat mereka, karena hal itu akan membuat mereka menjauh darimu. Berikanlah mereka perintah dengan kata-kata yang sangat lembut dan tindakan yang baik. Dan abaikanlah orang-orang yang bodoh. Jangan membalas kebodohan mereka dengan tindakan serupa. Siapa yang menyakitimu jangan kamu balas dengan menyakitinya. Dan siapa yang kikir kepadamu jangan kamu balas dengan kikir kepadanya.
200. Dan jika kamu -wahai Rasul- merasa bahwa setan menggodamu atau menghalang-halangimu agar tidak berbuat baik, maka berlindunglah kepada Allah. Karena Dia Maha Mendengar ucapanmu dan Maha Mengetahui usahamu untuk meminta perlindungan. Niscaya Dia akan melindungimu dari gangguan setan.
201. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa kepada Allah dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya apabila mereka tergoda oleh bisikan setan kemudian berbuat dosa niscaya mereka akan teringat pada kebesaran Allah, hukuman yang akan diberikan oleh-Nya kepada orang-orang yang durhaka dan ganjaran yang disediakan-Nya bagi orang-orang yang taat kepada-Nya. Kemudian akan bertobat dari dosa-dosa dan kembali ke jalan Rabb mereka. Dan tiba-tiba mereka istikamah di jalan yang benar, menyadari kesalahan yang telah mereka perbuat dan berhenti melakukannya.
202. Teman-teman setan yaitu orang-orang jahat dan orang-orang kafir senantiasa dibantu oleh setan untuk terus berada di dalam kesesatan dengan perbuatan dosa demi dosa, tidak akan menyerah. Setan-setan tidak pernah berhenti menyesatkan. Sedangkan orang-orang jahat tidak pernah berhenti tunduk kepada setan dan berbuat jahat.
203. Apabila kamu -wahai Rasul- datang dengan membawa ayat, mereka mendustakannya dan berpaling darinya. Dan apabila kamu datang tanpa membawa ayat, mereka berkata, “Mengapa kamu tidak membuat ayat sendiri?” Katakanlah kepada mereka -wahai Rasul-, “Aku tidak berhak membuat ayat menurut kemauanku sendiri. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku. Al-Qur`ān yang kubacakan kepada kalian ini adalah hujah dan bukti yang berasal dari Allah, Pencipta kalian dan Pengatur urusan kalian, serta petunjuk dan rahmat bagi hamba-hamba Allah yang beriman. Sedangkan orang-orang yang tidak beriman adalah orang-orang yang sesat dan celaka.”
204. Apabila Al-Qur`ān dibaca maka dengarkanlah bacaannya dengan seksama. Jangan berbicara atau menyibukkan diri dengan hal lain, agar kalian mendapatkan rahmat Allah.
205. Dan sebutlah -wahai Rasul- nama Allah Rabbmu dengan khusyuk, rendah hati, dan disertai rasa takut. Dan panjatkanlah doamu dengan suara yang sedang, antara keras dan lirih di pagi hari dan petang hari, mengingat keutamaan dua waktu ini. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai dari mengingat Allah -Ta'ālā-.
206. Para Malaikat yang ada di sisi Rabbmu wahai Rasul tidak segan untuk beribadah kepada Allah -Subḥānahu-. Bahkan mereka senantiasa tunduk dan patuh kepada-Nya tanpa henti. Mereka terus menyucikan-Nya dari segala sesuatu yang tidak pantas bagi-Nya siang dan malam. Dan hanya kepada-Nya mereka bersujud.
Icon